CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 07 April 2014

WAWASAN SOSIAL DARI LINGKUNGAN DALAM ORIENTASI KACA #24


Sore ini, sekitar pukul 4 seperempat saya tiba di kantor KR, diselimuti mendung pekat dengan hujan yang cukup deras. Hawa dingin masih merasuk ke tulang-tulang belakang setelah kehujanan di perjalanan menuju kantor KR. Saya mendapat kesempatan lagi ke kantor KR untuk mengikuti suatu orientasi menjadi anggota Kaca #24. Meski, saya masih sebagai calon kaca, tetapi kedua puluh calon Kaca #24 diwajibkan mengikuti orientasi ini. Tiba di hotel KR, saya langsung menuju ruang aula, tempat dimana dulu saya di tes wawancara. Ternyata, sudah banyak calon Kaca dan kakak Pembina yang berkumpul. Sebenarnya saya merasa takut, lantaran sudah terbilang terlambat. Namun, ternyata saya tidak terlalu terlambat karena acara  baru saja dimulai dengan perkenalan diri. Kemudian, saya langsung masuk dalam lingkaran, membaur dan bergabung dengan para calon kaca lainnya. 

Setelah semua memperkenalkan diri, seorang Kakak Pembina yang bisa dibilang seniornya, memerintahkan kami, para calon kaca untuk saling bercerita. Ketika bercerita ini, kami diberi suatu prosedur sederhana aga terlihat ada tantangannya. Prosedurnya adalah kakak Pembina akan memberikan satu kata kunci awal yang akan diberikan kepada salah satu calon. Dari kata kunci itulah mereka akan bercerita. Kata kunci tersebut menjadi bahan untuk mereka bercerita selama 3 menit. Selanjutnya para calon kaca yang telah bercerita dapat memberikan kata kunci lain untuk dilemparkan kepada calon kaca yang lain. Untuk pertama kali, yang mendapat kata kunci dari kakak Pembina adalah Andreas. Kata kunci yang diberikan ialah “knalpot.” Penampilan pertama dari Andreas cukup baik, karena dia sudah percaya diri dan berani mengungkapkan padangannya tentang knalpot. Secara garis besar, Andreas lebih banyak membahas hubungan kanlpot dengan kampanye. Namun, sayang masih belum banyak pengembangan. Sehingga waktu 3 menit yang diberikan belum optimal. Walaupun begitu, cerita Andreas cukup menarik dan terkadang membuat kami tertawa. 

Setelah Anderas yang bercerita, giliran selanjutnya adalah Nina dari SMA 1 Yogyakarta. Kata kuncinya adalah “pintu”. Penampilan Nina sudah ada peningkatan dibanding Andreas menurut saya, namun masih ada yang perlu dipancing-pancing. Di sela-sela kami bercerita, kakak Pembina memberikan sedikit masukan dan pertanyaan. Beliau menanyakan kami “apakah lebih mudah bercerita atau menulis?” sebagian besar dari kami menganggap menulis lebih mudah. Tetapi, kakak Pembina beranggapan bahwa jika mengeluarkan ide tau pikiran secara langsung (bercerita) saja masih susah bagaimana jika kita harus menuliskannya? Dari anggapan beliau ini, saya bisa memetik pesan bahwa untuk menjadi penulis yang baik, berawal dari kemampuan kita yang baik pula dalam memaparkan ide tau pikiran kita secara langsung kepada orang lain. Dengan kita bisa bercerita dengan menarik, penuh makna, penuh manfaat, dan penuh pesan moral yang terkandung maka kita akan bisa menulis sebaik kita bercerita tadi. Jadi, bila saya simpulkan, untuk menjadi penulis yang professional dimulai dari kemampuan dan kepercayaan diri kita dalam mengungkapkan suatu pandangan dan gagasan kepada orang lain dengan tata cara yang sopan dan enak didengarkan. 

Secara berangsur-angsur akhirnya para calon kaca yang lain dapat memperbaiki dari penampilan-penampilan bercerita sebelumnya. Penampilan yang ketiga dan seterusnya sudah ada kemajuan dan ceritanya semakin menarik. Akhirnya setelah kurang lebih 7 sampai 8 orang, saya pun ditunjuk untuk bercerita. Waktu itu, saya baru tiba dari kamar mandi dan yang menunjuk adalah teman di sebelah saya. Sebenarnya, saya mersa ada “feeling” akan ditunjuk setelah saya dari kamar mandi. Dan ternyata “feeling” itu benar. Namun, suatu keberuntungan mendatangi saya. Kala itu, sebelum saya akhirnya berdiri dan mulai bercerita, kak Niken memerintahkan kami untuk sedikit berolah raga kecil. Alasanya karena kami, para calon kaca saat itu memang tidak terlihat semangat dan masih terbelenggu dengan hawa dingin hujan yang masih mengguyur. Akhirnya, kakak-kakak Pembina memperlebar lingkaran kami dan membentuk kami dalam 4 kelompok. Permainan pun dimulai!