Assalamualaikum bloggers? Apa
kabar nya? Sudah lama tidak bersua ya..
Kali ini Early mau posting hasil
ngaji singkat dengan Ustadz Felix Siauw di Masjid Gedhe Kauman tanggal 14
September 2018 yang lalu. Early ikut acara ini sebenarnya atas
ketidaksengajaan, karena diajak ayah Early yang kebetulan siangnya baru dapat
undangan mengikuti pengajian ini. Padahal behind
the story nya malam mingguan mau ngajak nge-mall sambil liat konser
gratisan. Tapi ternyata, Allah memberikan rencana lain yang lebih baik. Oke
deh, Early menyanggupi kehadiran. Nah, waktu malam sudah mulai tiba, dan
tiba-tiba pula acara berubah lagi, malah Mama Early suruh kek mall aja karena
pergi nya sekalian buat antar adik Early mau nugas di GSP (Grha Sabha Pramana)
UGM. Ok deh Early ngikut aja dan akhirnya keputusan nemenin pergi ke GSP
sekalian jalan ke mall batal juga gegara adik Early nggak jadi juga nugas ke
GSP. Well, akhirnya kembali ke rencana awal untuk mengahdiir pengajian bersama
Ustadz Felix Siauw. Meski dari rumah udah telat, Early sama ayah boncengan naik
motor ke Masjid Gedhe Kauman di tengah Sabtu Malam yang cerah dan ramai. Di
tengah perjalanan, hiruk pikut lalu lintas dan kemeriahan malam minggu sangat
terasa apalagi rute ke Masjid Gedhe Kauman melewati objek-objek wisata malam
andalan di Yogyakarta.
Dalam perjalanan yang hampir 30
menit tersebut, Early sebenarnya sambil terkantuk dan beusaha tetap fokus pada
tujuan (ikut pengajian). Setibanya di lokasi, Early agak miris pasalnya
yang menghadiri kajian tidak semeriah dengan yang di luaran menikmati cerahnay
malam minggu di Yogyakarta. Padahal pembicaranya, beliau Ustadz Felix Siauw
merupakan sosok yang sangat menginspirasi dan bahasan tema malam ini pun tidak
kalah menarik dari masalah revisi UU KPK. Hmm ya Early pikir zaman mulai
berubah dan hal ini menjadi refleksi diri kita terutama para pemuda untuk bisa
memilih dan memilah kegiatan mana yang lebih baik dikerjakan (setidaknya
alhamdulillah Allah memberikan kehendak Early bisa jadi gabung ke majelis ilmu
dibanding ke mall). Oke, tinggalah masalah jamaah yang tidak teralau banyak
itu, langsung lanjut ke masalah substansi yang diberikan ustadz Felix Siauw.
Saat early mulai bergabung sebenarnya acara inti tausyiyah masih berlangsung.
Saat itu, bahasan tentang dakwah
dijabarkan dari sisi pengikut dan pencetus. Artinya seperti ini, dalam dakwah
perlu adanya kebersamaan atau ukhuwah. Tidak mungkin suatu ajakan kebajikan
mudah diterima orang banyak jika yang menyerukan tidak pandai berbicara, tidak
punya banyak pengikut sebelumnya, atau belum ampu menjadi role model. Ya, maka dari
itu, dalam dakwah wajib memang didahului oleh orang-orang yang punya pengaruh.
Lantas, jka dirasa kita memiliki pengaruh itu tetapi tidak memanfaatkan
kesempatan untuk menyampaiakn kebaikan masa hal tersebut sangatlah rugi besar.
Dalam kutipan tausyiyahnya,
Ustadz Felix Siauw menyampaiakn bahwa ketika sudah punya followers itu tandanya Allah sudah ridha diri kita emnjadi pilar
dakwah sekecil apapun yang bisa kita lakukan. Nah, kita nggak perlu berat-berat
mikir, entar ada yang respons atau tidak karena ikatan antar manusia itu sudah
menjadi urusan Allah. Hal yang paling penting adalah kita berusaha untuk berdakwah
atau menyerukan ajaran Allah pada orang lain. Jika Allah telah menetapkan
ikatan antar umat manusia maka suatu gerakan bersama dalam memajukan peradaban
(kejayaan) Islam akan semakin mudah.
Nah, jkika sudah terkumpul dalam suatu ikatan maka ukhuwah, atau tali
persaudaraan perlu dikencangkan sekuat mungkin. Suatu ilmu dan ajaran yang
tertinggi sekalipun tidak akan bearti jika tidak ada landasan ukhuwah dalam
menyampaikannya. Dimensi dakwah masa kini juga perlu diperhatikan. Tantangan
dakwah semakin maju dan berkembang di era disrupsi ini. Oelh kerenanya dalam
mengatasi tantangan tersebut perlu dilakukan suatu strategi yang tidak lain
adalah jangan sekaan melakukan perlawanan menggunakan cara yang sama dengan
musuh. Perlu dilakukan putar otak dan mencari celah lain yang lemah bagi musuh
(yang sama sekali tidak dibayangkan oleh musuh).
Pada sesi akhir tanya jawab ada
nasihat-nasihat baik dalam hal berdakwah seperti dakwah tidak perlu menunggu
kaya atau hidup mapan dahulu. Hidup adalah tahapan berganti fase bukan lantas
menyelesaikan permasalahan untuk mencapai kemapanan. Jadi, dalam stiap tahap
kehidupan kita mampu menyelipkan dakwah pada kegiatan kita dalam berbagai upaya
sekecil mungkin, semampu kita. Sikap zuhud juga perlu dikembangkan dalam
menyempurnakan proses dakwah kita. Jadi zuhud di sini maksudnya adalah tidak
menginginkan dunia sebelum untuk akhirat. Hal ini juga berarti bahwa tidak
perlu menunggu urusan dunia selesai baru kita mau dakwah, seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa urusan di dunia hanya berganti fase pasti tetap ada
urusan di tiap-tiap tahapannya. Maka kunci nya untuk bisa berdakwah dalam
segaal fase itu yang emnegemabngkan sikap zuhud, bahwa ada orientasi kita untuk
mengutamakan kepentingan akhirat di samping memenuhi urusan dan kebutuhan di
dunia.
Beberapa poin lagi yang
disampaikan dalam tanya jawab yakni tentang segmentasi dalam berdakwah yang
harus diperhatikan, karena berbeda kalangan berbeda pula cara penyampaiannya.
Selanjutnya dalam hal gerakan islam di kampus yang banyak macamnya jangan sampai
membuat terpecah belah atau tidak bisa membuat kita sebagai satu umat untuk
bergerak bersama. Setiap gerakan islam
hendaknya tidak meng-ashabiyahkan dirinya dengan yang lain, karena Islam
sejatinya adalah satu tidak ada satu golongan yang dirasa lebih baik atau lebih
unggul dari golongan lain. Nah, mengenai tentang ashabiyah ini juga berhubungan
dengan Islam Nusantara yang mana, lebih baik diungkapkan bahwa Islam di
Indonesia merupakan Islam rasa Nusantara yang tidak saling mengunggulkan
golongan atau kelompok gerakannya. Rasa cinta Indonesia juga jangan sampai
melebihkan rasa cinta kita kepada Islam. Hal ini diartikan bahwa identitas
utama kita adalah sebuah keimanan yang kita yaknini kebenarananya sebagai sumber ilmu,
hukum, dan ajaran, hingga kini semua berlaku untuk sebuh peradaban. Lalu,
masalah tentang sharing ilmu ini juga jangan sampai takut “riya:.
Intinya kalau kita sudah cinta dan sepaham sampaikanlah saja kan itu juga
sebuah kebaikan dan kebenaran yang memang sudah jelas hukum dan sumbernya.
Demikian lah ringkasan bincang
ringan dengan Ustadz Felix Siauw. Semoga pembaca dapat memetik manfaat dan
inspirasi di dalamnya. Terirmakasih