CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 16 September 2019

Bincang Ringan dengan Ustadz Felix Siauw

Assalamualaikum bloggers? Apa kabar nya? Sudah lama tidak bersua ya..

Kali ini Early mau posting hasil ngaji singkat dengan Ustadz Felix Siauw di Masjid Gedhe Kauman tanggal 14 September 2018 yang lalu. Early ikut acara ini sebenarnya atas ketidaksengajaan, karena diajak ayah Early yang kebetulan siangnya baru dapat undangan mengikuti pengajian ini. Padahal behind the story nya malam mingguan mau ngajak nge-mall sambil liat konser gratisan. Tapi ternyata, Allah memberikan rencana lain yang lebih baik. Oke deh, Early menyanggupi kehadiran. Nah, waktu malam sudah mulai tiba, dan tiba-tiba pula acara berubah lagi, malah Mama Early suruh kek mall aja karena pergi nya sekalian buat antar adik Early mau nugas di GSP (Grha Sabha Pramana) UGM. Ok deh Early ngikut aja dan akhirnya keputusan nemenin pergi ke GSP sekalian jalan ke mall batal juga gegara adik Early nggak jadi juga nugas ke GSP. Well, akhirnya kembali ke rencana awal untuk mengahdiir pengajian bersama Ustadz Felix Siauw. Meski dari rumah udah telat, Early sama ayah boncengan naik motor ke Masjid Gedhe Kauman di tengah Sabtu Malam yang cerah dan ramai. Di tengah perjalanan, hiruk pikut lalu lintas dan kemeriahan malam minggu sangat terasa apalagi rute ke Masjid Gedhe Kauman melewati objek-objek wisata malam andalan di Yogyakarta.
Suasana Taman Surga dengan Ustadz Felix Siauw

Dalam perjalanan yang hampir 30 menit tersebut, Early sebenarnya sambil terkantuk dan beusaha tetap fokus pada tujuan (ikut pengajian). Setibanya di lokasi, Early agak miris pasalnya yang menghadiri kajian tidak semeriah dengan yang di luaran menikmati cerahnay malam minggu di Yogyakarta. Padahal pembicaranya, beliau Ustadz Felix Siauw merupakan sosok yang sangat menginspirasi dan bahasan tema malam ini pun tidak kalah menarik dari masalah revisi UU KPK. Hmm ya Early pikir zaman mulai berubah dan hal ini menjadi refleksi diri kita terutama para pemuda untuk bisa memilih dan memilah kegiatan mana yang lebih baik dikerjakan (setidaknya alhamdulillah Allah memberikan kehendak Early bisa jadi gabung ke majelis ilmu dibanding ke mall). Oke, tinggalah masalah jamaah yang tidak teralau banyak itu, langsung lanjut ke masalah substansi yang diberikan ustadz Felix Siauw. Saat early mulai bergabung sebenarnya acara inti tausyiyah masih berlangsung. Saat itu, bahasan tentang  dakwah dijabarkan dari sisi pengikut dan pencetus. Artinya seperti ini, dalam dakwah perlu adanya kebersamaan atau ukhuwah. Tidak mungkin suatu ajakan kebajikan mudah diterima orang banyak jika yang menyerukan tidak pandai berbicara, tidak punya banyak pengikut sebelumnya, atau belum ampu menjadi role model.  Ya, maka dari itu, dalam dakwah wajib memang didahului oleh orang-orang yang punya pengaruh. Lantas, jka dirasa kita memiliki pengaruh itu tetapi tidak memanfaatkan kesempatan untuk menyampaiakn kebaikan masa hal tersebut sangatlah rugi besar.

Dalam kutipan tausyiyahnya, Ustadz Felix Siauw menyampaiakn bahwa ketika sudah punya followers itu tandanya Allah sudah ridha diri kita emnjadi pilar dakwah sekecil apapun yang bisa kita lakukan. Nah, kita nggak perlu berat-berat mikir, entar ada yang respons atau tidak karena ikatan antar manusia itu sudah menjadi urusan Allah. Hal yang paling penting adalah kita berusaha untuk berdakwah atau menyerukan ajaran Allah pada orang lain. Jika Allah telah menetapkan ikatan antar umat manusia maka suatu gerakan bersama dalam memajukan peradaban (kejayaan)  Islam akan semakin mudah. Nah, jkika sudah terkumpul dalam suatu ikatan maka ukhuwah, atau tali persaudaraan perlu dikencangkan sekuat mungkin. Suatu ilmu dan ajaran yang tertinggi sekalipun tidak akan bearti jika tidak ada landasan ukhuwah dalam menyampaikannya. Dimensi dakwah masa kini juga perlu diperhatikan. Tantangan dakwah semakin maju dan berkembang di era disrupsi ini. Oelh kerenanya dalam mengatasi tantangan tersebut perlu dilakukan suatu strategi yang tidak lain adalah jangan sekaan melakukan perlawanan menggunakan cara yang sama dengan musuh. Perlu dilakukan putar otak dan mencari celah lain yang lemah bagi musuh (yang sama sekali tidak dibayangkan oleh musuh).

Pada sesi akhir tanya jawab ada nasihat-nasihat baik dalam hal berdakwah seperti dakwah tidak perlu menunggu kaya atau hidup mapan dahulu. Hidup adalah tahapan berganti fase bukan lantas menyelesaikan permasalahan untuk mencapai kemapanan. Jadi, dalam stiap tahap kehidupan kita mampu menyelipkan dakwah pada kegiatan kita dalam berbagai upaya sekecil mungkin, semampu kita. Sikap zuhud juga perlu dikembangkan dalam menyempurnakan proses dakwah kita. Jadi zuhud di sini maksudnya adalah tidak menginginkan dunia sebelum untuk akhirat. Hal ini juga berarti bahwa tidak perlu menunggu urusan dunia selesai baru kita mau dakwah, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa urusan di dunia hanya berganti fase pasti tetap ada urusan di tiap-tiap tahapannya. Maka kunci nya untuk bisa berdakwah dalam segaal fase itu yang emnegemabngkan sikap zuhud, bahwa ada orientasi kita untuk mengutamakan kepentingan akhirat di samping memenuhi urusan dan kebutuhan di dunia.

Beberapa poin lagi yang disampaikan dalam tanya jawab yakni tentang segmentasi dalam berdakwah yang harus diperhatikan, karena berbeda kalangan berbeda pula cara penyampaiannya. Selanjutnya dalam hal gerakan islam di kampus yang banyak macamnya jangan sampai membuat terpecah belah atau tidak bisa membuat kita sebagai satu umat untuk bergerak bersama. Setiap gerakan islam hendaknya tidak meng-ashabiyahkan dirinya dengan yang lain, karena Islam sejatinya adalah satu tidak ada satu golongan yang dirasa lebih baik atau lebih unggul dari golongan lain. Nah, mengenai tentang ashabiyah ini juga berhubungan dengan Islam Nusantara yang mana, lebih baik diungkapkan bahwa Islam di Indonesia merupakan Islam rasa Nusantara yang tidak saling mengunggulkan golongan atau kelompok gerakannya. Rasa cinta Indonesia juga jangan sampai melebihkan rasa cinta kita kepada Islam. Hal ini diartikan bahwa identitas utama kita adalah sebuah keimanan yang kita yaknini kebenarananya sebagai sumber ilmu, hukum, dan ajaran, hingga kini semua berlaku untuk sebuh peradaban. Lalu, masalah tentang sharing  ilmu ini juga jangan sampai takut “riya:. Intinya kalau kita sudah cinta dan sepaham sampaikanlah saja kan itu juga sebuah kebaikan dan kebenaran yang memang sudah jelas hukum dan sumbernya.


Demikian lah ringkasan bincang ringan dengan Ustadz Felix Siauw. Semoga pembaca dapat memetik manfaat dan inspirasi di dalamnya. Terirmakasih