Ketimbun untuk direshare ke kalian
Selamat membaca
Identitas Buku
Judul :
The Alchemy of Air Kisah Pengusaha Sukses, Ilmuwan Jenius, dan Misi “Mengubah Udara
Menjadi Makanan”
Judul asli : a Jewish Genius, a Doomed Tycoon,
and the Scientific Discovey That Fed the World bur Fueled the Rise of Hitler
Penulis : Thomas Hager
Alih Bahasa : Alex Tri Kuntjoro
Penerbit : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Tahun terbit
di Indonesia : 2014
ISBN : 978-602-03-0704-6
Jumlah
Halaman : xviii + 352
Buku Alchemy
of Air adalah sebuah buku yang mengkisahkan penemuan hebat tentang pembentukan
amonia dari gas nitrogen dalam sebuah siklus yang kita kenal sebagai siklus
Haber-Bosch. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari judul aslinya dan bertujuan
menginspirasi pembaca melalui kisah historical yang di dalamnya banyak
terkandung nilai-nilai pengetahuan, kehidupan, semangat dan kerja keras dalam
mengembangkan sesuatu. Buku ini mengajak kita mengenali lebih dalam dari asal
mula senyawa amonia yang merupakan turunan unsur nitrogen dimana jumlahnya
berlimpah dalam atmosfer udara. Kemudian, pengolahannya hingga menjadi
senyawa-senyawa bermanfaat dan sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Selain
itu buku ini juga membuat pembaca hanyut pada kepingan frame-frame sejarah dunia
dan perkembangan iptek di abad 18. Buku ini secara tersirat menjelaskan
karakter-karakter para peneliti Eropa masa lalu dan pemimpin Eropa yang dapat
dipetik hikmah dan dipahami baik-buruknya. Dengan membaca buku ini, wawasan
kita bertambah luas bukan hanya sekadar tentang dunia kimia dan industri tetapi
perjalan peradaban baru ilmu pengetahuan dalam balutan ilmu sejarah, geografi,
kimia, dan sosiologi.
Kisah dalam buku ini dibagi menjadi
tiga bagian yang bertajuk Kiamat Bumi, Batu Ajaib, dan Syn. Sebelum bab awal
yakni Kiamat Bumi diberikan semacam prolog yang berjudul Makhluk Udara. Pada
bagain prolog ini dijelaskan sinopsis singkat cerita yang pada awalnya
menceritakan tentang krisis pangan di bumi yang mengancam eksistensi kehidupan
manusia, kemudian penemuan teknologi baru dalam mesin Haber Bosch, penggunaan
mesin tersebut pada skala industri dalam menangani krisis pengiriman saltpaper
yang bermanfaat untuk pupuk tanaman. Lebih lanjut, pembentukan amonia sintetis
selanjutnya digunakan untuk berbagai kepentingan lain terutama saat perang
dunia pertama di Jerman (tempat kelahiran mesin Haber-Bosch), dan akhirnya
dampak yang ditimbulkan dan dirasakan hingga sekarang dari hasil samping penggunaan
amonia dan turunnya tersebut untuk berbagai keperluan.
Pada bagian
pertama yang bertajuk Kiamat Bumi diawalai dari pernyataan pidato Sir William
Crookes, Ketua British Academy of Sciences
(penemu Crookes tube, cikal bakal tabung sinar katoda, dan penemu unsur
thallium) dengan masa bakti mulai 1898. Crookes mengawali pidato pengukuhannya
dengan memberitakan kehancuran Inggris dan semua bangsa yang memiliki peradaban. Hal ini disebabkan
tingkat penduduk mengalami peningkatan yang cukup signifikan akibat kemajuan
dalam bidang kesehatan tetapi luas lahan menyempit akibat kepadatan penduduk
dan pembagunan meningkat, lahan yang menyempit ditambah tanah yang terus
kehilangan kesuburannya karena diolah terus menerus menjadikan krisis kelaparan
melanda pada populasi manusia yang meningkat. Crooks yang dapat mengubah krisis
pangan menjadi suatu kelimpahan untuk kehidupan umat manusia selanjutnya.
Setelah setting suasana pidato Crookers, cerita dilanjutkan
pada kerangka lain yakni awal mulanya senyawa yang akrab disebut saltpeter atau
caliche, yakni sebuah garam istimewa. Garam tersebut awal dikenal pada
peradaban Cina dengan sbeutan Hua Yao yang merupakan kalium nitrat (KNO3). Hua
Yao ini juga dikenal sebagai bubuk mesiu karena dapat digunakan pula sebagai
bahan peledak dan kembang api. Bangsa barat menyebut Hua Yao sebagai Saltpeter
sedangkan bangsa Romawi secara spesifik menyebutnya sebagai salpetrae.
Kandungan saltpeter ini sebenarnya adalah kotoran hewan yang telah lama
membusuk. Namun, di daerah kepulauan Chincha terdapat saltpeter terbaik dengan
jumlah yang bergunung-gunung. Inilah caliche, saltpeter terbaik pada masa itu
yang diperebutkan oleh berbagai kalangan di belahan dunia. Penemuan caliche di
Kepulauan Chincha dimulai dari ekspedisi Darwin ke sebuah daerah di Amerika
Selatan yang sangat gersang (Pelayaran Darwin di Tarapacca 1835) . Tetapi ternyata di balik perjalanan yang membosankan
tersebut, Darwin menemukan lapisan tebal mineral putih yang disebut caliche
yaitu saltire yang berupa senywa natrium nitrat. Oleh penduduk setempat
bongkahan mineral putih tersebut diolah di pabrik-pabrik kecil yang disebut
dengan oicina. Pengolahan dilakukan dengan menumbuk bongkahan, menambah telur,
dikocok untuk membersihkan kotoran, dilarutkan ke dalam air, disaring dalam
bejana tanah liat, dan didinginkan.
Tidak jauh dari Kepulauan Chincha, 9 km dari Pantai Pisco
Peru pada 1850 telah ditemukan gugusan perbukitan Guano yang menjadi ladang
pupuk paling baik di dunia saat itu. Penemuan bentang alam ini menjadi hal
sangat penting dan diperebutkan oileh tiga negara besar di Amerika Selatan
yakni Chili, Peru, dan Bolivia. Perang
nitrat atas penguasaan Bukit- Bukit Guano ini dimulai pada tahun 1879. Perang
ini termasuk perang besar-besaran yang mengorbankan banyak sekali pekerja
beserta keluarganya. Balada dari kerakusan kekuasaan pupuk Guano ini menjadi
tonggak awal gerakan buruh-buruh agar lebih diperhatikan kesejahteraannya dan
tidak hanya menjadi bahan perdagangan dari kekuasaan-kekuasaan berbagai perusahaan
dan kontrak-kontrak. Para buruh dan keluarganya selama bekerja pada
pabrik-pabrik pupuk itu menggnakan sistem ficha yang membuat mereka tidak dpat
lepas dari jeratan pekerjaan keras dan kasar itu. Mereka hanya boleh membeli
dengan mata uang ficha yang berupa kupon di tempat-tempat tertentu yang sudah
disediakan perusahaan. Atas dasar pengelolaan yang tidak bijak, kerakusan, dan
kesewenang-wenangan pabrik pupuk Guano akhinya nitrat chili tersebut menghilang
dengan sendirinya, sekitar tahun 1940 hanay sedikit pabrik-pabrik yang masih
beroperasi. Lambat laun daearah Atacama, Kepulauan Chincha dan Perbukitan Guano
yang awalnya kering dan tak menarik menjadi ramai karena buruh tambang, kini
mulai kembali pada kondisi awalnya, sepi dan gersang.
Di belahan bumi lain, setengah bola dunia, keadaan berbeda
dari amukan pekerja buruh yang menuntut hak dan perlindungannya. Seorang kimiawan
sedang marah pada dirinya sendiri, marah atas segala pemikirannya yang tak jemu
menemukan mesin pengubah udara menjadi roti. Adalah Firtz Haber, seorang Yahudi
yang telah lama menetap di Jerman. Dia adalah seorang yang ambisius, pekerja
keras, dan ingin mendapat pengakuan menjadi seorang Jerman seutuhnya meski ia
keturunan Yahudi. Haber meneruskan dan mengevaluasi hasil temuan Ostwald dalam
pembentukan amonia. Melalui kerja laboratoriumnya, Haber menggunakna tekanan
tinggi yang dapat dianggap sebagai tekanan maksimal dengan suhu serendah
mungkin sehingga ammonia yang terbentuk tidak terurai lagi. Haber menggunakan
katalisator osmium yang dikembangkan menjadi uranium. Hasil angka-angka
pencapaian amonia yang terbentuk dari penelitian Haber sempat ditentang dan
dipertanyakan oleh Ostwald yang juga pernah melakukan penelitian yang sama. Namun,
setelah percobaan dan teori dibuktikan langsung dan dilihat langusng pula oleh
perwakilan dari sebuah industri ternama BASF ( Badische Anilin-und and Soda Fabrik) yakni Carl Bosch. Seorang Carl Bosch pada
awalnya menjadi teknisi dari proyek amnnoia Ostwald sebelumnya, ia memahami benar
kerja mesin Haber dan menyempurnakannya pada skala industri. Carl Bosch yang
sangat suka bekerja di lapangan dan mengutak-atik mesin melanjutkan penemuan
Haber ini untuk skala industri yang luas. Ia merakit mesin-mesin besar, pipa-pipa
besar dilapisan beton dan material-material lain yang dapat menahan tingginya tekanan. Sejalan
dengan keberhasilan Bosch dengan kemampuan mekaniknya, BASF tumbuh dengan
pesat. Blokade nitrat Chili yang diberlakukan untuk Jerman tidak menghambat kemjauan
negara ini. Bahkan, Jerman berhasil melakukan swasembada untuk produk ammonia
hasil mesin Haber-Bosch. Pada awalnya BASF merupakan perusahaan Jerman yang
terkenal menghasilkan zat warna dari pengelolaan batu-bara, pimpinan BASF
Brunck berhasil memenangkan perjudian industrinya dengan mengelukarkan produk
pewarna indigo, dari keberhasilan itu ia mulai diangkat sebagai pimpinan
tertinggi Brunck dimana era kejayaan amonia Haber-Bosch dimulai.
BASF mendapat banyak pinjaman modal baik dari pemerintahan
maupun penyandang dana dan konglomerat lain Jerman, Bosch sesuai cita-citanya
berhasil membangun pabrik ammonia sebesar kota yang berada di daerah Oppou
dekat dengan Ludwigshafen sepanjang Sungai Rhine. Pabrik amonia Oppou tersebut
merupakan Pabrik terbesar di Jerman atau
bahkan di Eropa, seolah menjadi Laboratorium terbesar pengolahan
ammonia. Sementara itu, Haber sebagai inisiator pada lingkup laboratorium
tentang pembuatan amonia menoreh banyak penghargaan, jabatan, dan kedudukan.
Beliau akhirnya memilih bekerja di Kaisar Wilheml Instituite (KWI). Namun, di
tengah kejayaan amonia Haber-Bosch, sebuah balada atas agungnya ilmu
pengetahuan terjadi dengan lembut. Kisah dimulai ketika Von Brunck
mengistrahatkan diri selama-lamanya pada 4 Desember 1911.
Seperti kerakusan pada umumnya, Bosch memutar otak untuk
menghasilkan produk lain dari tekanan tinggi. Ia mulai menyusun ide pembuatan
bensin sintetis pertama kali dengan rangkaian mesin yang mirip dengan mesin
Haber-Bosch. Dengan demikian, pabrik raksasanya di Oppou bisa menghasilkan uang
berlipat ganda. Pikiran Bosch ini mulai berkembang ketika ia mengembangkan
bisnis dan kontrak kerjanya hingga keluar Jerman, Bosch sekarang tidak lagi
menjadi pimpinan pabrik yang ahli permesinan saja, tetapi ia mulai menjabat
menjadi direksi dari BASF. Perusahaan BASF mulai menjadi perusahaan
multinasional dengan kolega bisnis-bisnis besar Amerika seperti Standard Oil.
Sebenarnya, merge BASF dengan perusahaan asing merupakan salah satu strategi
BASF untuk mendapatkan pendanaan lebih dalam mewujudkan mimpinya menciptakan
bensin sintetits. Tetapi, sayang kepopuleran ammonia Haber-Bosch tidak berhasil
terjaga dengan baik, karena beberapa perusahaan Inggris dan negara eropa
lainnya sudah mulai mencuri resep rahasia dari mesin tersebut meski tidak
sempurna. Ketidak berhasilan menjaga rahasia ini memang berkaitan dengan
situasi Jerman saat itu. Dimana di tengah keberhasilan pupuk ammonai
Haber-Bosch, Jerman dirundung kekalahan dengan sekutu Prancis.
Padahal, berkat pabrik Oppou di bawah pimpinan Bosch, Jerman
memiliki banyak bahan bakar persenjataan dari olahan amonianya. bebrapa peledak
mesiu hingga usaha perang tenaga gas yang dicetuskan Firt Haber menjadi buah
dari ilmu pengatahuan yang memang saat itu didedikasikan untuk negaranya. Hal
ini sesuai dengan padangan hidup Haber dimana ia mau mengubur identitasnya
sebagai seorang Yahudi dan berusaha mengabdi pada negaranya tercinta.
Keruntuhan dan manajemen yang buruk dari Oppou dan Leuna (pabrik ammonia kedua
terbesar) dimuali sejak rezim Hitler muncul. Saat itu, Hitler bagai iblis
Jerman baik bagi Haber dan Bosch. Kenaikan Hitler pda tahta Jerman hampir
membuat semua kalangan bangsa itu merasa terancam. Hitler tidak melarang keras
semua keturunan Yahudi bekerja dalam institusi pemerintahan. Hal tersebut
berarti membatasi kerja Haber di KWI. Bagi Bosch yang memang sebagai warga asli
Jerman kebijakan Hitler yang menjadikannya pabrik-pabrik hanya sebagai mesin
dirinya sendiri dan bahkan berhalauan pada peningkatan produksi bahan senjata adalah
ide yang sangat buruk. Bosch sangat tidak suka denagn resim Hitler dimana harus
memberikan salam-salam Nazi yang baginya aneh, dan menuruti seluruh kekuasaan
tertinggi Hitler. Bosch adalah seorang yang idependen dan cerdas ia tidak mau
pabrik-pabriknya berada di bawah kekuasaan negara seutuhnya. Ia ingat dengan
janji dan cita-cita awal pabrik yakni menghasilkan amonia sebagai pupk, sebagai
penyambung pertumbuhan tanaman, agar rakyat terhindar dari kelaparan. Agaknya, tujuan
rezim Hitler mulai menemui firasatnya taktala pabrik di Leuna menghasilkan
dentuman besar meneyrupai gempa bumi dan mengakibatkan sekitar 100 pekerja
tewas. Bosch yang berjiwa besar dan sangat sosialis sangat merasa bersalah pada
aspek jaminana perlindungan pekerjanya. Namun, ia pu tahu seberapa hebat mesin
dengan teknologi dan teroi secermat mungkin tidak ada yang menjamin kepastian
keselamatan itu.
Sejak rezim Hitler tersebut, pekerja di Oppou dan Leuna
dipacu memproduksi bahan bakar perang terus-menerus. Pekerjaan menjadi keras
demi keruntuhan Perancis, yang tetap saja berhasil mengalahkan Jerman. BAFS,
Oppou dan Leuna menjadi tidak menarik lagi bagi Habber da Bosch. Kedua ilmuwan
tersebut berusaha menenangkan dirinya di akhir masa tuanya. Bosch lebih
menyukai kehidupan damainya dalama rumah yang sangat lengkap dan menyalurkan
seluruh hobinya. Beruntung ia memiliki keluarga yang sangat mendukungnya. Bosch
di akhir masa hidupnya lebih suka menyendiri, ia sudah tidak banyak megurusi
bisnisnya. Sementara itu, Haber mulai sakit-sakitan, merasa sebagai ilmuwan
terbuang, ia ditawari pekerjaan di Inggris dan Palestina. Tetapi jiwanya sudah
tidak sesemangat dulu. Bintang
kepahlawanan yang diperolehnya dari Raja Wilhem dan segala pencapainnya untuk
Jerman terasa hangus terbuang. Haber tidak berhasil bertahan terlalu lama, ia
meninggal ketika perjalanan dari Inggris menuju ke Palestina. Saat itu jiwanya
sangat bimbang, meski sudah menyetujui pindah kewarganegaraan Inggris dan
menjadi professor di sana mendapat kesempatan bertemu dengan anak-anaknya dari
dua istrinya ( Kehidupan keluarga dan percintaan Haber sangat buruk, karena ia
sangat egosoi untuk mengejar karier dan emosnya dalam menjunjung negara dan
mengubur identitas yahudinya), Haber masih merasa belum puas dan mulai
menyetujui pula tawaran temannya yang lain sata ia merasa perlu kembali apda
identitas awalnya sbegai seorang Yahudi di Palestina. Di tengah-tengah
perjalanan itulah penyakit jantungnya mulai memuncak dan tak tertolong lagi.
Tetapi sayang jenazah nya tidak dimakamkan di Jerman beserta abunya, anaknya
tidak menuliskan permohonan Haber untuk menulsiakan di nisannya tentang kisah
betapa ia benar-benar mencintai dan mengabdi pada Jerman terlepas identitas
awalnya sebagai Yahudi kelompok yang dianggap kelas nomor dua di Jerman.
Sementara itu kepergian Carl Bosch berada pada kondisi rumahnya yang hangat, di
ranjang tidurnya, dimana ia bertemu dengan anaknya mengucapkan pesan-pesan
terakhir. Saat itu pula perasaan Bosch mulai berkata bahwa Jerman akan dihantam
hujan peluru besar-besaran dengan suara pesawat-pesawat hasil bahan bakar
bensin sintetisnya.
The Alchemy of Air ini merupakan
kisah-kisah yang kompleks diaman segmennya saling bertalian meski tidak
sepenuhnya runtut, terkadang mengkisahkan hal ian yang masih cukup menarik
seperti usaha Haber mengambil emas dari air laut dan penyusurannya ke berbagai
lautan di dunia. Novel yang bergenre semangat ilmu pengetahuan ini juga
mengkisahkan sisi-sisi kehidupan pribadi
aktor utama Firtz Haber dan Bosch. Dimana Haber tidak berhasil mengelola
keluarganya dengan bijaksana, dan membuat istri pertamanya fruastasi lalu bunuh
diri serta kehidupan tak bahagianya dengan istri kedua. Sementara Bosch seorang
yang pandai dan sosialis berusaha beradaptasi dengan kondisi yang dihadapinya,
sehingga ia memiliki manajeman emosi yang baik dalam mengelola orang dan
pekerja-pekerja pabriknya. Buku ini sangat menarik dan cocok dibaca berbagai
kalangan. Cover buku cukup baik didukung dengan kertas cetak yang tebal dan
tidak buram. Buku ini memberikan pelajaran berharga bukan hanya sekadar keindahan
ilmu pengetahuan, manfaat ilmu pengetahuan, tetapi nilai-nilai moral kehidupan
yang dapat dipetik dari seluruh kisah dan aktor yang terlibat di dalamnya.