Sudah lama tak bersua ide dan pengalaman melalui blog ini. Senang rasanya kali ini berkesempatan untuk sharing tulisan lama saya yang ingin saya angkat kembali terutama di akhir November ini, di Bulan Pahlawan yang juga menuju bulan Desember, bulan di hari Ibu diperingati tiap tahun. Menjadi logis ketika hal ini kita kaitkan dengan sosok pahlawan perempuan Indonesia yang ingin saya angkat pada artikel kali ini. Selamat membaca, semoag bermanfaat :)
Wanita-wanita Indonesia telah dikenal sebagai pekerja keras yang penuh perjuangan. Di era pra kemerdekaan, wanita Indonesia mulai bangkit dan terlibat dalam berjuang mencapai kemerdekaan. Pejuang-pejuang wanita bermunculan baik yang memanggul senjata maupun yang tidak berjuang secara langsung. Hal ini membuktikan bahwa semangat wanita Indonesia dalam berkarya dan bekerja tidak diragukan lagi. Salah satu tokoh pergerakan wanita Indonesia yang luput dari perhatian adalah sosok Rohana Kudus. Beliau merupakan wartawati pertama di Indonesia yang berani mengkritisi kondisi sosial di sekitarnya, pasa saat itu. Melalui tulisannya, beliau mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan. Rohana berhasil menindaklanjuti tulisanya tersebut dengan mendirikan Sekolah Keterampilan Kerajinan Amai Setia pada tahun 1911 dan Rohana School. Selain itu, Rohana juga menyoroti lebih dalam dunia pers. Pada tahun 1910-an surat kabar tentang perempuan belum ada. Padahal Rohana merasa, perempuan juga perlu mendapatkan bahan bacaan pendidikan tentang untuk diri sendiri maupun dunia luar, dan isu-isu strategis. Sehingga perempuan dapat terbuka pikirannya dan dapat berkarya demi bangsa. Rohana menginginkan agar perempuan tidak hanya berada di belakang dapur. Berkat perjuangannya menembus Kantor Berita Oetoesan Melajoe, akhirnya terbitlah surat kabar wanita pertama di Indonesia yakni Soenting Melajoe pada tanggal 12 Juli 1912. Di surat kabar ini, Rohana aktif menulis artikel tentang perempuan Indonesia agar mau berjuang dan tidak tertinggal dengan perempuan-perempuan di negara lain. Rohana membandingkan dengan gerakan wanita India bahkan bangsa Eropa yang telah maju. Semua itu bertujuan agar perempuan Indonesia memiliki kesadaran, bangkit dari keterbelakangan untuk turut berjuang merebut kemerdekaan. Sosok Rohana telah membuktikan kiprah wanita yang dapat menjadi penggerak bagi kaumnya. Rohana menjadi contoh bahwa peran wanita tidak hanya dalam urusan domestik rumah tangga. Wanita juga dapat mengembangkan keterampilannya untuk dapat bekerja membantu perekonomian keluarga, membantu pemulihan kondisi sosial di masyarakat, serta berjuang memajukan bangsa. Maka, peran wanita sebagai istri dan ibu serta sebagai individu yang memiliki hak-hak perlu mendapat perhatian. Jangan sampai seorang wanita hanya menjalankan satu peran saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar