Guyuran hujan
di sebagian wilayah DIY memang memberi kebahagiaan karena akhirnya debu
vulkanik yang ada di bagian atas rumah dan tanaman bisa luruh ke bawah. Namun,
hal tersebut juga bisa membayakan. Bahaya terdapat pada kandungan air tanah dan
sumur. Hujan yang mengguyur tanah akan menmbuat pergerakan aliran debu. Jika
terdapat lubang resapan air atau suur yang tidak tertutup aliran debu (lumpur)
bisa masuk dan menyampur air tanah dan air sumur kita. Lumpur debu yang telah
menyampur air tanah memiliki daya adhesi yang kuat sehingga sulit untuk
mengendap. Peristiwa tersebut pun tejadi di rumah saya.
Ketidakbetulan
rekontruksi sumur di rumah saya membuat hujan yang mengguyur malam tgl 16
Februari menjadi malapetaka. Pasalnya ada celah atau lubang kecil di sekitar
sumur saya membuata jalan masuk tersendiri bagi aliran lumpur debu. Akibatnya
air sumur saya pun tercampur dengan aliran lumpur debu. Sontak, air yang
mengalir ke dalam rumah pun keruh. Air ini sangat berbahaya karena mengandung
debu vulkanik yakni silika, yang bersifat seperti kaca. Karena air tecampur
lumpur, membuat kegiatan di rumah pun terhambat. Kesulitan air bersih serasa
tidak memiliki sumber air.
Saya
sekeluarga pun menimba air bersih di masjid dekat rumah. Air yang tercemar
membuat tangan dan anggota badan yang terkenanya menjadi kaku. Air yang
tercemar itu memang tidak terlalu berbau tetapi saya yakin kadungan unsur
kimianya sangat mebahayakan tubuh kita. Melihat kondisi tersebut, saya tidak
mau diam. Saya pun menggali informasi terkait abu vulkanik yang mencemari air.
Akhirnya saya mendapatkan info bahwa penetralan air yang tercemar abu bisa
menggunakan tawas (kalsium sulfat) dan kapur. Info tersebut saya peroleh dari
website Badan Lingkungan Hidup Prov. DIY .(blh.jogjaprov.go.id)
Saya pun membeli tawas. Ketika membeli tawas
di toko bangunan. Saya sedikit berkosultasi dengan penjaga toko bangunan.
Beliau mengatakan bahwa penetralan air yang tercemar tidak perlu menggunakan
kapur. Karena zat kapur tersebut akan menjadikan air bersifat pahit. Mirip air
kolam renang yang diberi kaporit. Penetralan air menggunakan tawas juga tidak
sekejap berubah. Perlu waktu kira-kira semalam agar air berubah jernih kembali.
Akhirnya saya hanya membeli tawas saja. Tawas yang masih berbentuk bongkahan
saya hancurkan hingga menjadi butiran-butiran kecil macam serbuk. Hal ini
dilakukan agar serbuk tawas cepat larut dalam air. Mulanya, serbuk tawas hanya saya berikan di
bak mandi. Lalu saya beri juga di sumur dan tandon air.
Keesokan
harinya, aliran air sudah lebih jernih dibanding waktu lalu. Namun, tawas yang
saya beri di bak mandi tidak bereaksi sempurna. Sehingga air di bak mandi masih
keruh. Meski demikian, saya bersyukur akhirnya aliran air sudah lebih bersih
dibanding sebelumnya. TETAPI, kran-kran air tetapi harus diberi penyaring
menggunakan kapas dan kain agar zat tawas tidak ikut dalam air. Penanganan yang
demikian membuat aliran air bersifat jernih lagi layakny air yang tidak
tercemar.
Selain itu, ada juga cara alami yang saya dapatkan dari informasi tukang sumur. Bhawa cara penjernihan air yang terkena abu vulkanik dapat menggunakan genting/pecahan genting yang dipanaskan (dibakar). Setelah pecahan genting dibakar, lalu langsung dimasukkan ke dalam sumur. Niscaya sumur akan jernih kembali dalam, tetapi tidak dalam jangka waktu yang cepat. Di samping dapat menjernihkan air, pecahan genting yang dibakar akan membuat bakteri-bakteri dalam air sumur mati. Namun, sayangnya penulis belum mencoba cara alami ini. sehingga belum bisa menunjukkan bukti. Tetapi, jika ada yang tertarik dengam cara ini, dipersilakan mencoba.
Demikian tips dari pengalaman saya terkait
penanganan air yang tercemar abu vulkanik. Jangan lupa juga untuk membenahi
sumur dan resapan air lainnya. Semoga postingan ini bermanfaat