CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 18 Februari 2014

Apabila Abu Vulkanik Mencemari Air

Guyuran hujan di sebagian wilayah DIY memang memberi kebahagiaan karena akhirnya debu vulkanik yang ada di bagian atas rumah dan tanaman bisa luruh ke bawah. Namun, hal tersebut juga bisa membayakan. Bahaya terdapat pada kandungan air tanah dan sumur. Hujan yang mengguyur tanah akan menmbuat pergerakan aliran debu. Jika terdapat lubang resapan air atau suur yang tidak tertutup aliran debu (lumpur) bisa masuk dan menyampur air tanah dan air sumur kita. Lumpur debu yang telah menyampur air tanah memiliki daya adhesi yang kuat sehingga sulit untuk mengendap. Peristiwa tersebut pun tejadi di rumah saya.
Ketidakbetulan rekontruksi sumur di rumah saya membuat hujan yang mengguyur malam tgl 16 Februari menjadi malapetaka. Pasalnya ada celah atau lubang kecil di sekitar sumur saya membuata jalan masuk tersendiri bagi aliran lumpur debu. Akibatnya air sumur saya pun tercampur dengan aliran lumpur debu. Sontak, air yang mengalir ke dalam rumah pun keruh. Air ini sangat berbahaya karena mengandung debu vulkanik yakni silika, yang bersifat seperti kaca. Karena air tecampur lumpur, membuat kegiatan di rumah pun terhambat. Kesulitan air bersih serasa tidak memiliki sumber air.

Saya sekeluarga pun menimba air bersih di masjid dekat rumah. Air yang tercemar membuat tangan dan anggota badan yang terkenanya menjadi kaku. Air yang tercemar itu memang tidak terlalu berbau tetapi saya yakin kadungan unsur kimianya sangat mebahayakan tubuh kita. Melihat kondisi tersebut, saya tidak mau diam. Saya pun menggali informasi terkait abu vulkanik yang mencemari air. Akhirnya saya mendapatkan info bahwa penetralan air yang tercemar abu bisa menggunakan tawas (kalsium sulfat) dan kapur. Info tersebut saya peroleh dari website Badan Lingkungan Hidup Prov. DIY .(blh.jogjaprov.go.id)

 Saya pun membeli tawas. Ketika membeli tawas di toko bangunan. Saya sedikit berkosultasi dengan penjaga toko bangunan. Beliau mengatakan bahwa penetralan air yang tercemar tidak perlu menggunakan kapur. Karena zat kapur tersebut akan menjadikan air bersifat pahit. Mirip air kolam renang yang diberi kaporit. Penetralan air menggunakan tawas juga tidak sekejap berubah. Perlu waktu kira-kira semalam agar air berubah jernih kembali. Akhirnya saya hanya membeli tawas saja. Tawas yang masih berbentuk bongkahan saya hancurkan hingga menjadi butiran-butiran kecil macam serbuk. Hal ini dilakukan agar serbuk tawas cepat larut dalam air.  Mulanya, serbuk tawas hanya saya berikan di bak mandi. Lalu saya beri juga di sumur dan tandon air.

Keesokan harinya, aliran air sudah lebih jernih dibanding waktu lalu. Namun, tawas yang saya beri di bak mandi tidak bereaksi sempurna. Sehingga air di bak mandi masih keruh. Meski demikian, saya bersyukur akhirnya aliran air sudah lebih bersih dibanding sebelumnya. TETAPI, kran-kran air tetapi harus diberi penyaring menggunakan kapas dan kain agar zat tawas tidak ikut dalam air. Penanganan yang demikian membuat aliran air bersifat jernih lagi layakny air yang tidak tercemar.

Selain itu, ada juga cara alami yang saya dapatkan dari informasi tukang sumur.  Bhawa cara penjernihan air yang terkena abu vulkanik dapat menggunakan genting/pecahan genting yang dipanaskan (dibakar). Setelah pecahan genting dibakar, lalu langsung dimasukkan ke dalam sumur. Niscaya sumur akan jernih kembali dalam, tetapi tidak dalam jangka waktu yang cepat. Di samping dapat menjernihkan air, pecahan genting yang dibakar akan membuat bakteri-bakteri dalam air sumur mati. Namun, sayangnya penulis belum mencoba cara alami ini. sehingga belum bisa menunjukkan bukti. Tetapi, jika ada yang tertarik dengam cara ini, dipersilakan mencoba.

Demikian tips dari pengalaman saya terkait penanganan air yang tercemar abu vulkanik. Jangan lupa juga untuk membenahi sumur dan resapan air lainnya. Semoga postingan ini bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar