Sore ini, sekitar pukul 4 seperempat saya tiba di kantor KR,
diselimuti mendung pekat dengan hujan yang cukup deras. Hawa dingin masih
merasuk ke tulang-tulang belakang setelah kehujanan di perjalanan menuju kantor
KR. Saya mendapat kesempatan lagi ke kantor KR untuk mengikuti suatu orientasi menjadi
anggota Kaca #24. Meski, saya masih sebagai calon kaca, tetapi kedua puluh
calon Kaca #24 diwajibkan mengikuti orientasi ini. Tiba di hotel KR, saya
langsung menuju ruang aula, tempat dimana dulu saya di tes wawancara. Ternyata,
sudah banyak calon Kaca dan kakak Pembina yang berkumpul. Sebenarnya saya
merasa takut, lantaran sudah terbilang terlambat. Namun, ternyata saya tidak
terlalu terlambat karena acara baru saja
dimulai dengan perkenalan diri. Kemudian, saya langsung masuk dalam lingkaran,
membaur dan bergabung dengan para calon kaca lainnya.
Setelah semua memperkenalkan diri, seorang Kakak Pembina yang
bisa dibilang seniornya, memerintahkan kami, para calon kaca untuk saling
bercerita. Ketika bercerita ini, kami diberi suatu prosedur sederhana aga
terlihat ada tantangannya. Prosedurnya adalah kakak Pembina akan memberikan
satu kata kunci awal yang akan diberikan kepada salah satu calon. Dari kata
kunci itulah mereka akan bercerita. Kata kunci tersebut menjadi bahan untuk
mereka bercerita selama 3 menit. Selanjutnya para calon kaca yang telah
bercerita dapat memberikan kata kunci lain untuk dilemparkan kepada calon kaca
yang lain. Untuk pertama kali, yang mendapat kata kunci dari kakak Pembina adalah
Andreas. Kata kunci yang diberikan ialah “knalpot.” Penampilan pertama dari
Andreas cukup baik, karena dia sudah percaya diri dan berani mengungkapkan
padangannya tentang knalpot. Secara garis besar, Andreas lebih banyak membahas
hubungan kanlpot dengan kampanye. Namun, sayang masih belum banyak
pengembangan. Sehingga waktu 3 menit yang diberikan belum optimal. Walaupun
begitu, cerita Andreas cukup menarik dan terkadang membuat kami tertawa.
Setelah Anderas yang bercerita, giliran selanjutnya adalah
Nina dari SMA 1 Yogyakarta. Kata kuncinya adalah “pintu”. Penampilan Nina sudah
ada peningkatan dibanding Andreas menurut saya, namun masih ada yang perlu
dipancing-pancing. Di sela-sela kami bercerita, kakak Pembina memberikan
sedikit masukan dan pertanyaan. Beliau menanyakan kami “apakah lebih mudah
bercerita atau menulis?” sebagian besar dari kami menganggap menulis lebih
mudah. Tetapi, kakak Pembina beranggapan bahwa jika mengeluarkan ide tau
pikiran secara langsung (bercerita) saja masih susah bagaimana jika kita harus
menuliskannya? Dari anggapan beliau ini, saya bisa memetik pesan bahwa untuk
menjadi penulis yang baik, berawal dari kemampuan kita yang baik pula dalam
memaparkan ide tau pikiran kita secara langsung kepada orang lain. Dengan kita
bisa bercerita dengan menarik, penuh makna, penuh manfaat, dan penuh pesan
moral yang terkandung maka kita akan bisa menulis sebaik kita bercerita tadi.
Jadi, bila saya simpulkan, untuk menjadi penulis yang professional dimulai dari
kemampuan dan kepercayaan diri kita dalam mengungkapkan suatu pandangan dan
gagasan kepada orang lain dengan tata cara yang sopan dan enak didengarkan.
Secara
berangsur-angsur akhirnya para calon kaca yang lain dapat memperbaiki dari
penampilan-penampilan bercerita sebelumnya. Penampilan yang ketiga dan
seterusnya sudah ada kemajuan dan ceritanya semakin menarik. Akhirnya setelah
kurang lebih 7 sampai 8 orang, saya pun ditunjuk untuk bercerita. Waktu itu,
saya baru tiba dari kamar mandi dan yang menunjuk adalah teman di sebelah saya.
Sebenarnya, saya mersa ada “feeling” akan
ditunjuk setelah saya dari kamar mandi. Dan ternyata “feeling” itu benar. Namun, suatu keberuntungan mendatangi saya.
Kala itu, sebelum saya akhirnya berdiri dan mulai bercerita, kak Niken memerintahkan
kami untuk sedikit berolah raga kecil. Alasanya karena kami, para calon kaca
saat itu memang tidak terlihat semangat dan masih terbelenggu dengan hawa
dingin hujan yang masih mengguyur. Akhirnya, kakak-kakak Pembina memperlebar
lingkaran kami dan membentuk kami dalam 4 kelompok. Permainan pun dimulai!
Yap, akhirnya kita bermain-main. Sedikit gerak badan dan
menghilangkan suasana tegang. Permaianan awal, kami menyanyikan suatu gerak
lagu sederhana bertemakan laut. Liriknya “ikan buntal-ikan buntal, kepiting-kepiting,
ada ubur ubur-ada ubur ubur, di laut-di laut.” Setiap pergantian kata baru maka
gerakannya pun berbeda. Contohnya ketika melafalkan “ikan buntal-ikan buntal”
maka kita harus mebuat lingkaran kecil di udara dengan tangan kita. Ketika
melafalakan “kepiting-kepiting” tangan kita digerakkan ke atas kanan dan kiri
dengan gaya seolah mencapit. Selanjutnya pada lafal ubur-ubur kita
diperintahkan melekuk-lekukkan tubuh bersamaan dengan lambaian tangan dari atas
ke bawah. Terkahir, pada lafal di laut maka kita harus menggerakan tangan kita
untuk direntangkan. Pada sesi-sesi awal kami semua melakukan gerak lagu
bersama. Namun, tahap berikutnya, dari 4 kelompok yang di bagi masing-masing hanya
diperintahkan menyanyi dan menari pada kata yang ditetapkan untuk kelompok
tersebut. Tahap paling serunya, ada beberapa kakak Pembina yang menunjuk
tiap-tiap kelompok dengan cepat dan tidak berurutan untuk menyanyi dan menari
sesuai kelompoknya. Saat itu, kami dilatih konsentrasi dan meningkatkan
kerjasama serta kekompakan di antara kawan kaca khususnya calon kaca #24.
Setelah puas bermain dan pemanasan tubuh dengan gerak lagu
itu, tibalah kami bermain di games kedua. Games kedua bisa dibilang cukup
serius tetapi tetap dibawakan dengan santai oleh kakak-kakak Pembina. Permainannya
adalah kami diperintahkan untuk berdiri berhadap-hadapan dengan batas lakban
yang telah ditempelkan pada lantai. Kami
berdiri dengan batas 2 ubin dan selnjutnya kak Niken dan seorang Kakak
Pembina berambut sedikit ikal memberikan beberapa pertanyaan. Apabila dalam
pertanyaan ada yang merasa berbuat atau telah memiliki pengalaman demikian,
diperintahkan untuk maju mendekati garis batas lakban. Pada games ini memang
lebih banyak menghabiskan porsi waktu
yang diberikan.
Pertanyaanya pun beragam pertanyaan awal berisi tentang diri
pribadi kita yang masih bersifat “konyol”. Contohnya, pertanyaan siapa yang sampai
kelas 3 SD masih “ngompol”, dan siapa
yang sering ketahuan temannya “ngupil”.
Meskipun demikian, pertanyaan-pertanyaan inilah yang mengundang tawa kami.
Pertanyaan ini menunjukkan seberapa terbuka dan jujurnya diri kita dalam
menanggapi sesuatu yang dipandang kurang baik. Selanjutnya, pertanyaan semakin serius.
misalnya, siapa yang sedang mengagumi seseorang, siapa yang pernah memuat karya
tulis tentang seseorang yang dikagumi, siapa yang pernah memiliki kekasih,
siapa yang pernah mendapat barang dari penggemarnya. Semua pertanyaan itu,
sangat menggelikan dan mengundang rasa malu untuk mengakui. Ya, meskipun itu
bisa dibilang suatu kebahagiaan tersendiri. Banyak teman-teman yang maju dan
menceritakan sedikit lebih rinci mengenai pengalamannnya yang pernah dirasakan
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Seorang teman calon kaca bernama Faza,
dialah yang lebih sering maju pada sesi pertanyaan ini. Faza lalu bercerita
tentang sedikit kisah cintanya yang manis namun ada rasa memilukannya. Da juga
kakak kaca angkatan awal yang juga
bercerita mengenai masalah yang berkaitan dengan cinta dan sahabat.
Selanjutnya, topik pertanyaan berganti pada masalah Narkoba,
Pergaulan Bebas, Dunia Gemerlap, dan tindakan asusila-asusila lainnya yang
sedang maraknya dilakukan para kalangan remaja. Pada sesi ini, seorang teman
kaca yang bernama Lucia lah yang sering maju pertanda dia memiliki banyak
pengalaman mengenai hal ini. Lucia memmaparkan bahwa dia mengetahui beberapa
kakak kelasnya yang mengkonsumsi narkoba, menjadi pengedar dan sering
berkecimpung dengan barang-barang itu termasuk minuman keras. Selain Lucia, ada
beberapa teman Kaca lain yang mengakui bahwa dirinya memiliki teman yang pernah
melakuan aborsi, atau memiliki teman yang sering ke “Dugem” dan bahkan ada yang
memiliki teman seorang DJ. Saya sendiri juga ikut maju ke dekat garis batas.
Karena saya merasa memiliki teman yang sering melakukan tindakan menyimpang
sebagai pelajar. Contohnya dia sering merokok, membolos, melakukan hubungan
pacaran yang berlebihan, dan sebagainya. Pertanyaan mengenai hal ini sangat
dipertajam oleh kakak-kakak Pembina. Sehingga ada kala pertanyaan yang harus
diulang dan ditekankan agar para calon kaca menjawabnya dengan jujur.
Sesi pertanyaan lain kembali menyangkut diri pribadi dan
masalah pribadi dengan kelaurga. Contohnya adalah pertanyaan yang menganggap
orang tua sebagai sahabat, lebih dekat dengan ayah, merasa keluarganya sudah broken home, merasa sering memiliki
masalah atau keinginan yang belum tersampaikan pada keluarga. Pada sesi ini,
para kawan kaca dan calon kaca banyak yang berterus terang mengenai perasaanya
dengan keluarga. Ada yang merasa belum bisa membahagiakan orang tua, ada yang
merasa lebih dekat dengan ayah, merasa dirinya tidak dianggap adalam
keluarganya karena keluarganya sering berkonflik. Beragam masalah yang sangat
kompleks dan sudah menjadi wajar apabila itu terjadi pada diri remaja. Bahkan
ada yang memiliki orang tua yang sudah bercerai. Semua permasalahan itu,
bukanlah menjadi hal asing. Masalah intern
keluarga memang setiap orang tidak menerimanya. Tetapi kakak Pembina mengatakan
bahwa masalah intern tersebut pasti pernah dialami oleh kita para remaja
meskipun dengan cara yang berbeda. Masalah yang dihadapkan pada kita tersebut justru dapat membantu kita mendewasakan diri
sendiri.
Di dalam kehidupan ini, pastilah ada suatu gejolak. Gejolak
yang kita rasakan misalnya dalam keluarga merupakan sesuatu yang terasa lebih
menekan. Namun, dengan adanya gejolak tersebut akan membuat diri kita tahu
bagaimana seharusnya kehidupan dalam berkeluarga dilakukan. Gejolak itu akan
memberikan pelajaran pada diri kita agar masa depan kita dalam berkeluarga juga
dapat dilakukan dengan baik sehingga tidak akan terjadi masalah atau kurangnya
komunikasi antara anggota keluarga.
Pertanyaan-pertanyaan bagian akhir adalah pertanyaan yang
paling pokok mengenai diri pribadi kita sendiri. Seorang kakak senior kacalah
yang memimpin sesi ini. Beliau memberikan beberapa pertanyaan menyangkut
keyakinan diri pribadi, kepribadian, keoptimisan kita, dan secara tidak
langsung juga menguji cara padang kita terhadap sesuatu hal. Dari para kawan
kaca ada yang mengaku pernah mencoba bunuh diri karena akumulasi masalah yang
menimpanya, pernah merasa dirinya dibully
dan terasingkan, dan ada juga yang merasa Tuhan tidak bertindak adil
terhadap kehidupannya. Semua itu menunjukkan seperti apa diri kita sebenarnya.
Apa yang terjadi dalam seseorang pastilah berbeda dari orang lain. Sisi lain
seseorang ada yang sangat berbeda dari orang lain. Jika diibaratkan, setiap
orang memiliki garis warna tersendiri pada kehidupannya. Dengan makna lain
setiap orang pasti memiliki jalan kehidupan sesuai takdir dari-Nya. Sehingga
masing-masing latar belakang kepribadian dan masalah diri kita memang harus
kita jalani dan hadapi dengan cara yang semestinya. Namun, kita tidak boleh
terlalu berlarut meratapi hal yang pedih dalam diri kita. Justru kita harus
berusaha mencari celah dimana kita bisa melangkah maju keluar dari belenggu
yang menyusun rangkai harapan baru.
Permainan dari games pertanyaan-pertanyaan yang notabene
didasarkan pada film barat akhirnya seleksai sekitar pukul 06.30 WIB. Games
ditutup dengan epilog dari kakak Pembina perempuan berambut sedikit ikal tadi. Beliau
mengatakan bahwa, “di dunia ini memang penuh dengan masalah, penuh dengan
hal-hal berbahaya. Terlebih masalah dan hal-hal berbahaya ini banyak menyerang
para remaja. Apa yang kita anggap aman dan nyaman bisa jadi salah. Zona nyaman
dalam kehidupan modern saat ini sangatlah terbatas. Dan mungkin itu hanya
melingkupi tempat tidur kita.” Begitulah rangkuman dari kakak Pembina.
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari permainan ini adalah dengan kita
mengetahui permasalahan, isu, yang ternyata banyak teman dekat kita alami atau
mengetahui maka kita akan semakin mawas diri dan berhati-hati dalam melakukan
segala sesuatu. Dengan kita mengetahui latar belakang dan kepribadian
teman-teman kita. Maka kita akan semakin mengenal satu sama lain, semakin menghargai
perbedaan, dan mudah menerima kebedaan itu dengan suatu adaptasi yang tepat.
Akhirnya orientasi awal para calon kaca selesai sampai di
sini. Banyak pelajaran berharga yang telah saya sampaikan tadi. Dan meskipun
butuh perjuangan untuk sampai dan mengikuti acara ini. Kami tidak merasa rugi
karena kami sudah mendapat suatu pengalaman, wawasan baru, dan cerita-cerita
menarik yang akan menjadi bekal kami agar bisa lebih fleksibel, supel, dan
menjadi pribadi yang responsif dalam menanggapi fenomena-fenomena penting masa
kini. Selain itu saya sendiri menjadi paham bahwa perbedaan karakter tidak akan
membunuh karakter pribadi seseorang selagi masih bisa menempatkannya dengan
bijak dan teguh dengan pikiran baiknya. Sebaliknya kita bisa ambil sisi
positifnya, dengan bercermin pada karakter baik orang lain untuk coba kita
terapkan dan kita gunakan dalam memperbaiki kualitas diri pribadi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar