Halo assalamualaikum, udah lama
gak nge post tentang resensi buku nih. Nah, kali ini Early mau sharing tentang
isi buku Green Plastics “An introduction to the New Science of Biodegradable
Plastics” karangan E.S. Stevens. Jadi, buku ini pas kebeneran banget karena
diminta tolong buat belajar bareng dengan Ibu calon doktor, alias saya suruh
bantu disertasi bu calon Doktor Teknologi Pertanian, sebut saja Ibu Rima ya.
Ibu Rima memiliki topik disertasi tentang bioplastik yang sekarang memang lagi
marak dan digencarkan dalam dunia riset. Kajian bioplastik ini dilakukan sangat
komprehensif tidak hanya dari sisi sumber nya yang berasal dari biomassa atau
lebih terhubung dengan teknologi pertanian tetapi juga kajian mendasar secara
kimia yang memang harus diketahui benar mengapa suatu senyawa dapat dikatakan
sebagai kandidat sebuah bioplastik. Untuk kajian kimia dasarnya tersebut, Ibu
Rima belajar bersama bareng saya. Jadi, judulnya memang belajar bersama karena
saya bukan mau “ sok menggurui” lantaran latar belakang jurusan. Lebih dari itu
saya ingin menambah ilmu dan pemahaman juga terkait bioplastik (yang sebenarnya
juga bukan topik skripsi saya), calling
back my memories tentang dasar-dasar ilmu kimia dalam berbagai aplikasi
ilmu terapan lainnya, dan tentu saja thalabbul ilmi sambil membantu untuk
mengharap Ridha-Nya. Well, langsung aja ya ke isi bukunya.
Awal bab buku menceritakan
tentang histori dari plastik itu sendiri, yang mana keberadaanya sangat most commonly dan sangat multipurpose. Pada saat buku ini dicetak
sekitar tahun 2009 diperoleh diperoleh data bahwa 100 juta ton plastik
diproduksi tiap tahunnya dan 70% penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan
dan minuman. Kenyataan tersebut sejalan dengan teknologi microwave yang memang
membutuhkan wadah berbahan nonlogam untuk menghangatkan makanan. Selain sebagai
pembungkus makanan minuman, plastik juga memiliki peranan besar dalam industri packaging. Seiring dengan pertumbuhan
dan kebutuhan plastik untuk packaging,
penggunaan adhesive atau perekat baik
sintetis maupun alami juga turut
meningkat. Pada Bab awal ini digambarkan pula kebutuhan plastic yang sangat
menunjang berbagai keperluan dan kegiatan misalnya dalam bidang pertanian
seperti penggunaan agricultural covers (mulsa)
yang berbahan plastik sangat menunjaang untuk peningkatan produksi makanan
(hasil panen berlimpah). Lalu ada plant
containers binders dan netting untuk
melindungi hasil panen dari burung.
Plastik sebagai material memiliki
definisi yang kompleks. Material sendiri diartikan sebagai apapun bahan atau
materi yang dapat difabrikasi menjadi produk yang (lebih) berguna. Atas dasar
definisi tersebut pembuatan suatu material membtuuhkan studi dari berbagai
sudut pandang. Oleh karenanya, lahirlah Material
Scicence sebagai studi terhadap komposisi material yang membutuhkan
aplikasi dalam fabrikasi untuk menjadi produk bermanfaatn. Studi ini merupakan
studi interdisipliner yang melibatkan aspek kimia, teknik, fisika, biologi,
hingga geologi. Pada studi ini dijelaskan istilah tentang komposit yang
merupakan produk padat terdiri dari dua atau lebih fasa termasuk material
pengikat (matriks) dan serat sebagai material partikulatnya. Kompisit yang kuat
membutuhkan ikatan antar muka yang kuat pula. Sebuah kaca yang dikuatkan oleh
plastik dapat lebih kuat dibandingkan baja dengan densitas berkisar 1,5-2,2
g/cm3. Definisi lebih luas dari komposit tidak hanya untuk material heterogen
tetapi juga campuran homogen termasuk novel
blends dari plastik. Selain komposit ada juga istilah laminate
atau laminar yang merupakan suatu produk terbuat oleh ikatan bersama dari dua
atau lebih lapisan material. Tujuan dari pengembangan komposit dan laminar ini
yaitu untuk mengombinasikan karakteristik fisika suatu material.
Setelah dikenalkan dengan istilah
material dan posisi plastik dalam material
science, selanjutnya Bab mengenai Plastics
and the Environment. Sebenarnya bahan dasar plastik hanya berasal dari 4-5% produksi minyak dan gas dan dalam proses
nya hanya membutuhkan 2-3% penggunaan energi lebih rendah dibandingkan energi
yang dibutuhkan untuk memperoses pasir silika menjadi kaca. Namun, yang menjasi
permasalahan adalah dalam hal limbah yang dihasilkan. Sampai artikel buku ini
dipublikasikan, sebanyak 40-60% sampah yang di temukan di pesisir berupa sampah
plastik. Tingginya produksi sampah plastik yang beriringan dengan produksi
plastik sendiri untuk memenuhi kebutuhan mendorong upaya untuk melakukan
manajemen limbah plastik dengan baik.
Manajemen limbah plastik itu dimulai
dari penggunaan komposisi plastik sebagai pembungkus yang lebih rendah dari
sebelumnya. Hingga saat ini teknologi untuk daur ulang plastik (recycle) masih tersu dikembangkan dengan penggunaan compatibilizers dan stabilizers.
Penurunan mutu material selama daur ulang dititikberatkan pada rantai polimer
plastik yang perlu dipotong dan kekuatannya yang perlu dikurangi. Contoh pada
polistirena setalah tiga kali dimasukkan dalam mesin extruder diperoleh hasilnya 9% ukuran rantai polimer tereduksi dan
34% kekuatan ikat polimer tereduksi. Bisa
dibayangkan proses daur ulang plastik yang dilakukan masih belum efektif dan
efisien untuk mendegradasi plastik. Sementara
itu ada jenis polimer plastik lain yaitu Poly(ethyleneterephthalate)
yang biasa digunakan sebagai pembungkus minuman ringan tidak dapat
dilakukan daur ulang, disebutkan bahwa lebih dari 90% jenis plastik memang
tidak dapat didaur ulang dan berpindah penanganannya dalam metode pembuangan.
Metode pembuangan yang dimaksud yaitu
insenerasi, pirolisis, dan landfills
(penimbunan dalam tanah). Insenerasi yaitu daur ulang energi karena kemungkinan
dari munculnya panas dapat merusak nilai material dan tidak mengurangi
kebergantungan pada bahan dasarnya. Namun, masalah yang muncul dari metode ini
adalah toksisitas yang dihasilkan dari proses pembakaran polimer plastik
menimbulkan polutan baru berupa gas HCl, dioksin, hingga logam berat. Metode
kedua yakni pirolisis, yaitu material limbah dipanaskan tanpa oksigen dan
dimungkinkan dilakukan di bawah tekanan ambient. Metode ini menjaga nilai-nilai
material dari limbah. Teknologi pirolisis terbaru dapat memecah limbah plastic
terutama polimer panjang dapat dipecah menjadi rantai yang lebih kecil. Jadi,
polimer akan berubah menjadi unit penyusun hidrokarbon, yang mana menjadi awal
mula plastik dibuat. Selanjutnya, fraksi hidrakarbon penyusun ini yang memiliki
berat molekul rendah dapat digunakan lagi untuk membuat virgin polymer.
Akan kita lanjut pada post Green Plastics Part 2
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
- Telkomsel
- GOPAY
- Link AJA
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
add Whatshapp : +85515373217 x-)