Berbicara tentang degradasi
plastik, berikut dijelaskan beberapa polimer plastik yang bersifat biodegradable. Pertama adalah PVA atau
Poly(vinylalcohol) yang diperoleh
dari polimerisasi vinil asetat diikuti dengan alkoholisis larut air. Penggunaan
polimer ini secara luas yaitu untuk memproduksi film, serat, pelapis kertas,
dan adhesives. Kedua adalah poly(glycolic acid) yang termasuk
kelompok polyester dan bersifat thermoplast. Polimer ini diperoleh dari
polimerisasi asal glikolat atau sebuah proses terkatalisis dari pembukaan
cincin polimerisasi glikosida. Polimer ini digunakan untuk kebutuhan farmasi
dan biomedis. Ketiga adalah polycarprolactone
yang disintesis oleh pembuatan
cincin polimerisasi dari carprolactone. Polimer
ini termasuk dalam polyester yang bersifat thermoplast dan banyak digunakan
dalam aplikasi pertanian sebagai system matriks untuk mengontrol pelepasan dari
pestisdia, herbisida, dan pupuk. Polycarprolactone
memiliki kemiripan dengan poly(vinyl
alcohol) tetapi lebih dapat terdegradasi dengan sempurna. Keempat adalah poly(ethylene oxide) yang memiliki
struktur ekuivalen dengan poly(ethylene
glycol) termasuk larut air dan bersifat thermoplast. Polimer jenis ini
duganakan untuk adhesive, pelimas,
kosmetik, faramasi, hinga tinta pencetak. Keempat polimer diatas dikatakan biodegradable karena memiliki gugus OH yang
membuat polimer bersifat hidrofilik dan atom O (oksigen) yang membuat polimer
bersifat polar sehingga mudah terdegradasi.
Di samping mempelajari tentang plastik
dalam buku tersebut juga dijelaskan istilah serat (fiber) dan elastomers atau
rubbers (karet). Kedua jenis material
ini erat juga dengan plastik seperti ulasan sebelumnya yang menyatakan bahwa
polimer plastik tertentu juga dapat menghasilkan serat. Jadi serat ini memang
dapat terbuat dari pemutaran polimer. Serat sintetik sering dibuat menjadi kain
sebagaimana serat dari polyethylene
terephatalate yang digunakan untuk memproduksi polyester permanen cetakan
pabrik. Sedangkan elastomers atau
karet didefiniskan sebagai material polimer yang dapat dideformasi melalui
aplikasi tekanan lalu pengembalian ke bentuk aslinya setalah tekanan
dihilangkan (sifat elastis). Tipe tipe utama dari karet ini yaitu kopolimer
dari stirena dan butadiene, acrylonitrile
dan butadiene (NBR rubbers),
neoprene, karet poliuretan, dan elastomer poliakrilat.
Dalam degradasi plastik dikenal
istilah Performance Integrity (PI) yang mengindikasikan bagaimana keutuhan
plastik secara fisik dan seberapa resisten untuk terdegradasi atau dapat
dikatakan sebagai ukuran kemudahan plastik terdegradasi. Semakin mudah plastik
terdegradasi maka nilai PI ini akan menurun. Degardasi alamiah pada plastik dapat
dilakukan melalui beberapa cara berikut.
1. 1. Fotodegradasi
Apabila
plastik ingin terdegradasi melalui cara ini maka membutuhkan gugus yang
berperan sebagai photosensitizing
pada polimernya. Pemeberian gugus ini pada rantai polimer dapat dilakukan
melalui reaksi kimia tertentu. Gugus photosensitizing
ini berupa gugus keton (sebagai monomer baru) yang dimasukkan dalam polimer
plastik awal melalui kopolimerisasi. Cara kerja sederhananya yaitu ketika gugus
photosensitizing terpapar pada sinar
matahari alami maka ia akan menyerap radiasi yang menyebabkan rantai polimer
pecah menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. Contoh aplikasinya yaitu adanya
gugus keton yang terkopolimerisasi dengan etilena menghasilan polimer photodegradable untuk manufaktur skala
besar. Komposisi dari 1% gugus keton akan mampu tergradasi melalui cahaya
matahari setelah tiga minggu terpapar di ruang terbuka yang terkena cahaya
matahari.
Beberapa
gugus photosensitizing dapat diinkoporasikan setelah polimerisasi
terjadi. Contohnya garam-garam logam, dari nikel kobalt dan besi serta beberapa
jenis logam dapat diinkoporasikan sebagai additives
dari gugus photosensitizing selama
proses. Intinya koporasi tersebut diharap dapat meningkatkan kerja dari gugus photosensitizing
sehingga proses degradasi melalui bantuan sinar matahari ini dapat mudah
terjadi. Dengan pemilihan yang hati-hati serta tepat terhadap kombinasi dan stabilizer dan konsentrasi aktivator
maka panjang periode induksi dan laju fotodegradasi dapat dikontrol.
2. 2. Degradasi
oksidatif
Degradasi ini
melibatkan proses oksdasi dari senywa-senyawa kimia yang ada pada polimer
plastik. Proses ini juga membutuhkan additives
tertentu contohnya yang terbaru
adalah poliolefin. Formula terbaru dari additive
ini menginzinkan adanya degradasi oksdiatid yang diinisiasikan oleh adanya
cahaya matahari, panas, atau dengan tekanan mekanis. Fragmen yang terbentuk
hasil dari degradasi oksidatif ini bersifat lebih basah kaerna interaksinya
meningkat dengan air dan mudah terjadi hidrolisis.
3. 3. Biodegradasi
(Biotic Degradation)
Merupakan degradasi kimia yang terjadi oleh adanya
aktiviats alami dari mikroorganisme yang terlibat. Degradasi ini menghasilkan
gas CO2 dan CH4
4. Abiotic Degradation
Merupakan degradasi kimia yang tidak melibatkan adanya
aktivitas biologis.
5. Aerobic and Anaerobic Degradation
Merupakan metode degradasi dengan keberadaan oksigen
(aerob) dan tidak adanay oksigen (anaerob).
Kinetika dari degradasi plastik
secara khusus bergantung pada konsentrasi, temperature, dan sifat alamiah kimiawi
dari plastik.
Numpang promo ya Admin^^ (f)
BalasHapusingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^ x-)