CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 18 Agustus 2020

Resume SRE ITB

 Assalamualaikum bloggers

Kali ini saya akan me-resume beberapa webinar berurutan dari NY-SRE (Society of Renewable Energy) ITB yang diadakan beberapa hari selama awal agustus 2020.

Webinar pertama yang saya ikuti tanggal 3 Agustus 2020 menghadirkan langsung pembicara dari luar negeri yaitu Riccardo Toxiri-Perogramme Officer-Governance Support Office IRENA dan Beniamin Strzelecki. Mereka bedua berbicara perihal energi bersih dalam kancah pemikiran pemuda. Melalui asosasi energi terbarukan yakni IRENA (International Renewable Energy Agency) terselenggara berbagai pelatihan, riset, acara, dan beasiswa untuk para pemuda yang concern mengembangkan energi terbarukan. Riset-riset yang dilakukan IRENA juga menjadi bahan untuk eksplorasi serta kajian energi terbarukan yang ada di Indonesia. Untuk tahu lebih lanjut tentang IRENA bisa dibuka www.irena.org.

 Setelah sesi tentang IRENA dilanjutkan sesi dari perwakilan United Nations (PBB). Perwakilan dari PBB ini memfokuskan kajian mengenai Sustainable Development Goals (SDG) poin 7 yaitu Youth Constituency dalam hal Affordable and Clean Energy. Oh ya, keseriusan dalam menangani SDG poin ke 7 ini nampak dari dibetnuknya direktorat khusus yakni UN MGCY (United Nations Major Group for Children and Youth). Direktorat ini memiliki prinsip-prinsip solidaritas, kedialan, persamaan/kesetaraan, universal, inklusi, mengakui hak asasi, integritas dari planet, dan lainnya. Direktorat ini secara formal sudah diadopsi pada Agenda 21 di tahun 1992, namun realiasi untuk operasionalnya baru berjalan Maret 2020. Beberapa aktivitas yang dilakukan adalah advokasi kebijakan (dilakukan musyawarah pada Forum Politik Tingkat Tinggi pada Pengembangan Berkelanjutan, biasanya pada forum ini menghadirkan tokoh-tokoh penting dunia pemangku kebijakan dan pakar energi), Youth action (berkolaborasi dengan IRENA), capacity building, knowledge (seperti misalnya pembuatan film dokumenter), peran konsultan dalam youth engagement (IRENA youth, European Youth Energy Day, Vienna Energy Forum). Untuk informasi lebih lanjut mengenai UN MGCY bisa kunjungi web resminya https://www.unmgcy.org/getinvolved (Jika sekalian mau berpartisipasi) atau ikut bergabung dalam grup whatsapp https://bit.ly/sdg7whatsappgroup untuk mendapatkan info-info terbaru mengenai renewable energy.

Hari selanjutnya 4 Agustur 2020 SRE ITB menghadirkan narasumber yakni Bapak Harris Yahya sebagai Direktur Aneka EBT-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Bapak Surya Darma sebagai Kerua Umum METI (Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia. Meski saya tidak menyaksikan webinar dari awal namun saya sangat menikmati pemaparan yang cukup emnarik sebagai new insight of renewable energy. Berikut ulasannya:

Berdasarkan data dari KEN, bauran energi terbarukan nasional di tahun 2025 targetnya sebanyak 23%. Namun, hingga saat ini baru tercapai sekitar 5%. Adanya paparan tersbut memang mengindikasikan bahwa pemerintah berupaya serius dalam menerapkan energi terbarukan sebagai poros energi nasional. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri akrena energi fosil akan habi dalam 10-20 tahun ke depan, atau bahkan lebih cepat dari itu jika kita tidak segera shifting to renewable energy. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kita tidak bisa menggantungkan energi nasional semata-mata dari energi fosil karena energi tersebut selain tidak ramah lingkungan cadangannya juga semakin menipis. Bahkan untuk eksplorasi atau pengeboran sumur-sumur minyak baru juga sudah tidak semudah dahulu. Selain angka target bauran energi nasional 23% untuk energi baru dan terbarukan, juga ada target persentase energi dari sumber gas sebanyak 22%, dan batu bara ditekan sebanyak 25% di tahun 2025. Namun saat ini porsi energi batu bara sudah banyak mencapai 60% untuk listrik. Oh ya terkait angkat 23% tadi dalam bauran enegri terbarukan sebagai sumber energi nasional ternyata membtuhkan investasi yang tidak sedikit yakni 100 milyar USD. Oleh karena itu perlu dilakuakn Kerjasama erat dengan berbagai pihak. Perkara ini memang tidak dapat menggantungkan saja kepada pemerintah, ettapi harus dicari solusinya bersama. Solusi dalam hal pembiayaan, investasi, maupun teknologi dan cara bagaimana membuat penerapan energi terbarukan lebih terjangkau.

Setelah membahas mengenai bauran energi nasional juga dibahas tentang biodiesel. Biodiesel sebagai bagian dari energi ramah lingkungan-karena memanfaatkan biomassa/kelapa sawit dalam produksinya saat ini sedang dilakukan kajian mendalam. Hal ini dikarenakan penggunaan biodiesel sebagai bagian dari program B30 harus diperhatikan dalam hal bahan baku yang memang sebaiknya perlu dilakukan diversifikasi. Sementara ini sawit dalam bentuk CPO menjadi sumber utama pembuatan biodiesel skala besar. Potensi tanaman lain perlu dilakukan riset mendalam seperti jarak, singkong, sorgum, kemiri, agar pemanfaatnya sebagai biodiesel juga dapat maksimal tanpa terjadi kompetisi peranannya sebagai bahan pangan. Oh ya, jadi perlu ditekankan bahwa energi baru dan terbarukan atau new and renewable energy adalah energi masa depan, jadi sifat atau kehadirannya merupakan transisi dari energi konvensional yang mana cadangan akan habis dalam beberapa tahun mendatang. Sehingga perlu ditanamkan mindset bahwa energi fosil atau energi konvensional yang ada bukan berkompetisi denagn energi terbarukan yang mulai marak ini, yang ada adalah bentuk transisi energi ke arah yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Hari selanjutnya, dilakukan pemaparan dari Direktur Utama PT. Geo Dipa Energi (Persero) Bapak Riki Ibrahim tentang Program Geothermal atau Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi sebagai salah satu alternatif new and renewable energy. Selain itu, seminar juga menghadirkan Ibu Sylvi J. Gani sebagai Direktur Pembiayaan dan Investasi PT SMI. Program geothermal memang sangat potensial di Indonesia meski investasinya dapat dibilang cukup tinggi dibanding jenis new and renewable energy lainnya. Saat ini mekanisme pembiayaan eksplorasi masih ditanggung sepenuhnya oleh pengembang. Padahal biaya eksplorasi inilah yang dibilang menyedot angka cukup tinggi dari eksplorasi sumur minyak misalnya. Oleh karena biaya eksplorasi masih ditanggung oleh pengembang, maka menyebabkan harga listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga panas bumi lebih tinggi yakni sekitar 12 sen. Harga yang tinggi ini jika mau bersaing dengan penggunaan listrik sumber konvensional (batu bara) maka diperlukan subsidi pemerintah. Menurut narasumber, terdapat rancangan udnang-undang yang mengatakan bahwa biaya eksplorasi akan ditanggung oleh pemerintah sehingga harga listrik yang dihasilkan dapat ditekan menjadi kurang dari 10 sen. Sebagai intermezzo, cadangan geothermal di Indonesia saat ini adalah yang terbesar di dunia mencapai 2100 MW. Nah, jika Indonesia benar-benar mau serius mengelola potensi ini sudah selayaknya dapat mengadopsi kebijakan yang dilakukan New Zealand untuk PLT Panas Bumi yang mana proyek eksplorasinya dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah. Setelah ditemukan kepastian adanya panas bumi yang dapat diambil ada dapat dideliver uap panasnya untuk menggerakkan turbin generator barulah proyek ini diserahkan oleh investor dalam pengelolaan lebih lanjut.  

Berbicara tentang Kebijkan khususnya Undang-Undang Energi Terbarukan yang sempat disinggung sebelumnya, bahwa pemerintah mulai mengusahakan dana atau insentif bagi Lembaga atau perusahaan yang emngatur pengelolaan new and renewable energy. Hal ini diharapkan akan semakin banyak pihak yang berkontribusi untuk mewujudkan kemandirian energi nasional dan mencapai goal 23% energi bersumber dari new and renewable energy. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, cost dari new and renewable energy semakin rendah. Contoh yang nyata dapat dilihat dari panel surya (1,35 sen/Kwh). Selain itu, pengelolaan new and renewable energy sebenarnya menciptakan banyak lapangan kerja atau bahkan diversifikasi usaha dan program padat karya. Jadi, tidak perlu risau atau mendoktrin proyek new and renewable energy menhempas para pekerja energi konvensional (red: minyak). Beberapa keahlian relevan juga masih dibutuhkan baik professional atau teknis. Selain itu banyak juag proyek new and renewable energy yang merekrut masyarakat sekitar atau setidaknya membutuhkan bantuan dari warga sekitar demi keberhasilan proyek. Dengan demikian antara warga dan proyek PLT Geothermal ini tercipta sinergi dan hubungan mutualisme. Salah satu investor dalam proyek PLT Geothermal adalah PT. Geo Dipa Energy, yang saat ini aktif melakukan pelibatan mahasiswa dalam wilayah kerjanya. Pelibatan itu dari praktek kerja lapangan, penelitian, dan sharing session. Divisi yang ditawarkan dalam PKL misalnya  HSE, Procurement, hingga Engginering. Perusahaan ini tidak ragu dalam bekerjasama dengan mahasiswa karena mereka percaya bahwa mahasiswa adalah agent of the change untuk menyuarakan penggunaan energi terbarukan. Bagi teman-teman yang memburu tempat PKL di bidang energi bisa difollow instagram PT. Geo Dipa Energy. Menurut Bapak Riki Ibrahim selaku perwakilan dari PT. Geo Dipa Energy beberapa hal yang menjadi tantangan mengenai new and renewable energy  adalah mempertimbangkan harga listrik agar terjangkau, penetapan harga keekonomian, insetif jangka panjang oleh pemerintah sebagai net national benefit, membangun generator dan turbin sendiri tanpa impor dengan kualitas sesuai standar (terstandarisasi dengan memperhatikan factor Kesehatan pekerja dan efisiensi), serta concern yang kuat tentang pemanfaatan new and renewable energy secara maksimal misalnya listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses smelter atau pembakaran bahan tambang yang umumnya banyak dilakukan di perusahaan tambang Indonesia timur.

 Perencanaan eksplorasi panas bumi sebenarnya tidak terlalu banyak tantangan dibandingkan migas yang ada di darat. Kalau untuk eksplorasi migas biasanya di dekat gunung api tidak aktif atau ada geyser. Sementara untuk eksplorasi panas bumi juga baisnaya ditandai dengan geyser atau sumber air panas cotoh di Kawah Putih unit kerja PATUHA. Dalam eksplorasi dibutuhkan tenaga ahli geochemist dan geophysics untuk melakukan interpretasi (konsepsi) di bawah muka bumi yang diindikasi terdapat panas bumi seperti apa? Selanjutnay dilakukan pengeboran sesuai hasil eksplorasi yang mempertimbangkan fracture, permeabilitas, dan reservoir. Biasanya pengeboran dilakuakn dengan kedalaman 1500-2000 m. Risiko pengeboran untuk panas bumi juga tidak seperti migas, kemungkina pengeboran berhasil kebih tinggi. Hal yang penting dipertimbangkan adalah deliverability panas sampai dapat menggerakkan turbin. Panas yang ditransfer diharapkan dapat menghasilkan megawatt besar. Namun jika pengeorabn dan panas yang diperoleh kecil sehingga megawatt yang dihasilkan juga rendah maka harus dilakukan pengeboran lagi. Intinya adalah bagaimana mendapatkan panas yang baik (cukup besar) dan mudah untuk ditransfer atau dinaikkan dalam memutar turbin generator untuk membangkitkan listrik.

Setelah paparan menegani geothermal dari PT. Geo Dipa Energy, dilanjutkan pemaparan dari Lembaga pembiayaan proyek renewable energy yakni PT. SMI. Beberapa pertimbangan proyek renewable energy yang dapat dibiayai adalah Relay dari kemampuan project, assessment komprehensif untuk kelayakan project, kemampuan finansial, kemampuan teknis. Selanjutnya pemilik project juga dinilai kapasitasnya, finansial, kemampuan knowledge, termasuk stakeholders. Selanjutnya untuk off taker PLN juga dinilai kesiapannya sebagai salah satu sumber pembayaran. Dalam penggunaan teknologi-teknologi juga dicek apakah proven atau belum, kontrak-kontrak juag direview apakah memberatkan atau tidak. Hal lain yang harus diperhatikan dalam renewable energy project adalah pemahaman tentang risiko terhadap proyek, potensi, dan mitigasi. Selain itu, sponsor mengambil alih kewajiban bayar jika ada kejadian gagal bayar. Kemampuan bayar juga dapat dimitigasi dengan proteksi asuransi.

(Sesi seminar dengan mas Narendra)

Pada tanggal 8 Agustus 2020 seminar isi dari PT. Astra International Tbk dengan narasumber Mas Narendra Afian Pradipto (Program Manager Green Energy ESR Astra) yang membahas tentang Energy Auditor. Energy Auditor merupakan peran baru dalam hal new and renewable energy. Beberapa nilai yang harus dimiliki peran tersebut adalah sertfikasi (standar kompetensi nasional), integritas (fair, jujur, akurat), rencana professional, confident, serta terbuka kritik dan saran. Sementara itu kendala penerapan new and renewable energy di Astra adalah kontrak minimum, pendanaan (balik modal jangka Panjang), dalam hal investasi sebar untuk renewable energy project, manajemen akan lebih mudah diberi pemahaman jika dijelaskan mengenai skema pembiayaan (balik modal investasi diperkirakan) bukan tentang pentingnya renewable energy.

Setelah pembicaraan dari perwakilan Astra, acara dilanjut dari General Manager PT PLN yakni Bapak Doddy Benyamin Pangaribuan. Beberapa paparan beliau secara random yang saya ikuti yakni masalah RPJMN yang saat ini masih menghasilkan 7,1 GW dari renewable energy. Sementara targetnya sebesar 23% totalnya sebesar 19,9 GW. Gap energy sampai dengan April 2020 sebesar 8,9%. Pak Menteri memaparkan presentasi mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi renewable energy developmet, yaitu sinergi di antara beberapa pihak yakni masyarakat, swasta, dan pemerintah; lalu kesiapan sistem yang berhubungan dengan efek intermiten (kehilangan secara tiba-tiba); finansial; optimisasi; keseimbangan pasokan dan permintaan; koordinasi dengan stakeholders; konsitensi pada pengawasan proyek. Pak GM juga mengenalkan istilah REBID atau Renewable Energy Based Industry Development. Dengan adanya program tersebut, diharapkan pembangkit listrik yang dibuat jauh dari demand. Selain itu ada juga istilah Green Booster yang salah satu penerapannya adalah pengggunaan biomass, biomass waste, domestic waste untuk dimanfaatkan sebagai biofuel atau untuk dijadikan bahan bakar tambahan dalam PLT Panas Bumi. Hal-hal ini meruapakan salah satu dukungan terhadap berjalannya renewable energy project tanpa haus membuat plant baru (karena investasi pasti lebih besar).

                                 (Sesi semianr dengan Pak Doddy General Manager PT PLN)

Dalam pengelolaan listrik sebenarnya terdapat trilemma yakni dirasakan PLN yakni pertama keberadaan listrik harus ada (avaibility), harus berlangsung terus menerus, tak tergantikan (relaybility), serta terjangkau (affordable). Tentu untuk mencapai ketiganya bagi negara Indonesia yang kepulauan dan heterogen dalam segi eknomi, sosial, budaya tidaklah mudah. Bahkan dalam hal kasus aviability saya dapat dilihat bahwa rasio elektrifikasi (perbandingan jumlah penduduk yang sudah menikmati listrik dibanding total jumlah penduduk) pada beberapa daerah masih rendah. Hal ini dapat dikarenakan akses dan sumber daya yang terbatas. Sementara di sisi lain PLN juag ditekan bagaiman menyediakan listrik yang bisa terus menerus dipakai (karena kebutuhan listrik menjadi vital-meski pada masa pandemic COVID-19 ini terjadi penurunan pertumbuhan listrik atau dikatakan pertumbuhan listik negatif) dan terjangkau. Oleh karenanya potensi energi baru dan terbarukan sebanrnya baik sekali dalam hal menyediakan listrik yang cukup dan berkelanjutan. Namun harus dipertimbangkan juga masalah keterjangkauan nya juga sehingga mudah untuk dinikmati berbagai kalangan.

Menurut PLN sendiri, sembari menunggu teknologi dari renewable energy dalam memproduksi listrik ini menjadi terjangkau dan investasinya dapat ditekan, maka PLN seacra bertahap melakukan konversi seperti dalam program green boosters dan panel surya. Nah, untuk panel surya sendiri sudah cukup banyak digunakan oleh rumah tangga dan harganya semakin lama juga semakin terjangkau. Dalam operasionalnya untuk panel surya, pengguna dapat mendaftarkan ke PLN atau hanya digunakan pribadi. Fasilitas yang diberiakn jika didaftarkan ke PLN, maka kelebihan listrik yang dihasilkan dapat ditampung atau ditransfer dahulu ke PLN, dan dapat digunakan lagi jika panas matahari sedang tidak cukup tersedia (excess power dibeli oleh PLN). Namun untuk kelebihan ini belum bisa digantikan dalam bentuk rupiah atau diuangkan. Pada sesi tanya jawab ada yang menanyakan tentang startup yang berkaitan dengan renewable energy yang tidak harus bekerjasama dengan PLN apabila ingin beroperasi. Hal yang terpenting adalah koordinasi dengan pemerintah daerah setempat yang mana menjadi wilayah kerja atau proyeknya.

 

(Sesi seminar dengan Bapak Arifin Tasrif Menteri ESDM)

Webinar selanjutnya pada tanggal 10 Agustus 2020 bersama dengan Menteri ESDM Bapak Arifin Tasrif  dan Direktur Utama Pertamina Ibu Nicke Widyawati. Secara umum pak Menteri menjabarkan potensi new and renewable energy di Indonesia yakni dari samudera (tenaga gelombang laut) sebesar 17,9 GW; tenaga panas bumi 23,96 GW, bioenergi sebesar 32,6 GW; tenaga bayu atau angin  sebesar 60,6 GW; tenaga hidro 75 GW, dan tenaga surya 107,8 GW sehingga totalnya sebesar 417,8 GW. Namun hingga saat in baru 2,5% yang diamnafaatkan atau sekitar 10,4 GW. Pak Menteri juga mengarahkan tentang manfaat biomassa sebagai bioenergi yang saat ini mulai dikembangkan di Sumatra Barat. Beberapa limbah biomassa yang dapat dimanfaatkan di antaranya serat sawit, bagas tebu, sejam padi, dan jankos/tankos. Alasan kuat limbah-limbah tersbeut dapat diamnfaatkan karena memiliki nilai kalori yang tinggi kalori ini merupakan panas yang dapat menggerakkan turbin generator. Selain dari limbah biomassa mulai dijalankan pula pembangkit listrik tenaga sampah yang sduah aktif di beberapa koat seperti Jakarta dan Surakarta. Sistem yang digunakan dalam PLT Sampah ini adalah insenerasi, pirolisis, gasifikasi. Insights yang diperoleh dari pemaparan pak Menteri diantaranya pengembangan start-up/internet of things untuk aplikasi penghematan energi, memanfaatkan limbah menjadi berkah melalui pembuatan biogas, pellet/briket biomassa, dan memanfaatkan potensi tanaman setempat menjadi bahan bakar seperi pembautan bioethanol dari tanaman aren dan sagu.

(foto saat sesi seminar dengan Ibu Nicke, Direktur Utama Pertamina Persero)

Selanjutnya paparan dari perwakilan Pertamina mengusung topik Global Megatrends in Energy Sector. Ibu Dirut memberikan narasi tentang fenoemna shifting energi ke arah new and renewable energy yang memang sudah tidak dapat dipungkiri dan ditunda oleh masyarakat dunia. Dari segi bisnis pertamina tentu ada juag roda perubahan di masing-masing sektor usahanya. Contoh untuk oil, Pertamina mulai memperkuat pasar domestiknya serta mengoptimalkan sumber daya domestic seperti misalnya teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery) yang bertujuan agar eksistensi kilang minyak yang sudah ada lebih optimal. Dalam hal oil lagi saat ini juga sudah mulai ada yang bergeser ke penggunaan gas alam (Liquid Natural Gas). Lalu untuk petrokimia juga sudah mulai diintegrasikan dengan kilang minyak sehingga terjadi pengembangan produk dari bagian petrokimia. Pertamina sendiri secara mandiri juga sudah berusaha memanfaatkan new and renewable energy dalam hal penggunaan listrik (supply listrik). Saat ini Pertamian mulai foksu dalam pembuatan Pabrik Electric Vehicle dan Pabrik Batrai. Pertamian sebagai BUMN yang sahamnya dimiliki pemerintah mecoba agar pemenuhan kebutuhan akan kendaraan dan bahan bakarnya benar-benar disediakan. Terlebih dalam kaitannya dengan pabrik Electric Vehicle yang akan dirintis Pertamina diharapkan dapat menjadi pionir dalam penerapan new and renewable energy yang terjangkau di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar