Terlepas dari momen kesesalan yang ada kaitannya dengan BMW dan penyesalan serta kekecewaaan tentang postingan yg lalu "Mereka Buatku Iri, Mereka Buatku Termotivasi. Ternyata ada satu lagi peristiwa yang sampai ini nggak mau aku ungkap atau buka lagi. Karena jika kukeruk lebih dalam kisah dan asal muasalnya itu aku akan membuatku semakin terbuai dengan penyesalan dan ketidakberuntungan yang menimpa diriku. Namun, aku sadar ini memang ada kesalahanku yang tidak mengutamakan peluang. Tetapi di sisi lain, hal itu sulit terbagi olehku yang punya prinsip di kelas 9 FOKUS UN DAN BELAJAR. Yap, bagaimana lagi disinilah pilihan dari kedua hal penting harus diputuskan Dan aku memang memutuskan untuk meninggalkan peluang bukan tanpa permisi, tetapi sebelumnya telah kuupayakan dengan cukup serius mengerjakannya.
Memang sih, kalau tanpa keseriusan mendalam tidak akan berhasil dgn baik, selain kendala dalam membagi waktu belajar dang ngurusin "peluang" ada juga kurang disiplinnya aku ikut pembinaan dan ngga ada yg ngajarin aku secara intensif. Dalam konteks ini aku masih butuh bimbingan , apalagi yg namanya membuat sih "peluang" itu harus butuh namanya waktu untuk mengkahyal, mengamati, dan meneliti segala yang ada di sekitar kita. Well, waktuku sudah hbs di sekolah dengan berbagai macam tugas, dan pekerjaan yang harus aku selesaikan, dan materi-materi yg sdh harus aku pahami dgn baik dan benar. Alhasil aku nge-cut ngerjain si "peluang" itu sebenarnya sih aku ditanya sama bu M gimana kabar si "peluang" aku cuma bisa tersenyum dan tertawa kecil, jawab" masih dibuat bu hehehe" ya cuma jawaban polos gitu aja. Karena ya mau gimana lagi kan, klo wktku juga sama dibagi ngurusin pelajaran jadi agak keteteran. Belum lagi, di rumah nggak mungkin aku nongkrong di depan laptop ber jam-jam ngabain kerjaan rumah "chores" lah , nanti dikira gimana gitu. Yakin, deh bakal diceramahin sama ibuku, "kamu tuh bisanya cuma di kamar aja belajar aja". Nggak cuma itu, aku juga harus jaga kondisi badan, soalnya sudah sering aku telat makan. Takutnya dengan semakin dibebani ngurusi si "peluang" itu makanku jadi makin nggak rutin. Bukankah kesehatan lebih penting dari segalanya. Nah, itu juga sama istirahatku jangan sampai aku terus-terusan begadang padahal bukan ujian beneran atau tes dgn materi yang banyak, kasihan tubuhku. Itu beberapa alasan yang menjadikan aku nggak ikut dalam ajang "peluang" yg cukup bagus itu. Walaupun sdh ada addtional day utk submit si "peluang" tetap saja itu tidak terkejar dan membutuhkan banyak waktu, tempat, dan dukungan orang-orang di sekitar. Sedangkan ibuku saja tentunya sdh capai jemput aku dan adik-adikku, akku nggak punya kakak/om/tante yg mungkin bisa bantuin aku dlm membuat si "peluang" ini. Jadi, ya demikian, aku tidak ikut ngumpulin si "peluang" itu.
Unfortunately, adik kelasku yg baru menggeluti ya semacam pembinaan buat nyusun si "peluang" itu ikut submit. Oke, aku dukung dan semoga berhasil. Tapi, bukan aku ngremehin atau apalah agaknya sulit utk mencapai 10 besar se-nasional. Tapi, ya kita sama-sama berharap yg terbaik. Soalnya yg namanya ngurusisi peluang itu cukup "njelimet apalagi kalau saingannya seluruh indonesia dan ada anak SMA pula. Jadi, ya saya cuma bisa berdoa saja, siapa tahu/mungkin adik kelas saya bias msk. Dan ternyata, dia bisa masuk 10 besar nasional dan dipanggil ke Jakarta untuk presentasi. ke Jakarta dengan naik pesawat PP biaya sdh ditanggung+akomodasi itu tuh,, sdh bikin aku jealous for the first time. Karena sebelumnya wkt kls 8 bu M, sdh pernah cerita ke aku dan meng"imingi" hal tersebut. Tentu saja, aku semangat dan senang (wkt itu). Apalagi aku belum pernah naik pesawat ._. "Ya, mungkin itu belum rezeki saya" pikirku. Mungkin juga, si adik kelasku itu juga belum pernah merasakan naik pesawat jadi ya, "bejonya" dia bisa naik pesawat gratis. Dari 10 besar itu, ya aku bukan ngeremehin lagi maksudnya. Tapi, yang namanya kemungkinan memang dan kalah itu pasti ada. Aku nggak terlalu ngurus masalah itu. Tapi yang bikin aku "mbludak" schock bahkan mungkin sampai "tersedak" saat makan atau bikin amazing mood waktu tau si adik kelasku itu BERHASIL JADI JUARiA 1 NASIONAL (jealous for second time). Gimana nggak tambah ilfeel dan jealous nggak? Kalau tahu aku yg lebih dulu mendalami ilmu si " peluang" itu. Cuma gara-gara aku nggak submit dengan alasan-alasanku yg bisa dimasukkan ke akal dan bahan pertimbangan. Ya Allah aku bener-bener nggak NYANGKA. Ini bukan maksud aku ngeremehin si adik kelasku itu lagi. Gimana nggak malu dan mau AKU, sebagai kakak kelas yg pertama memperdalam ilmu si "peluang" itu , yg lebih awal buat model kayak "peluang" itu, yan istilahnya punya pengalaman lebih tentang "peluang" itu beaten by adik kelas yg baru seumur jagung menggeluti si "peluang"
Ya Allah salah apa lagi aku, seberapa kurang beruntungnya aku. Itu yg terngiang saat aku terima berita kemenangan adik kelasku. Yah, itu mungkin juga kesalahkun nggak manfaatin si peluang. Tapi harus kuulang bagaimana lagi? kalau schedule aku aja udah padat dan masih ada yang lebih penting dari hal itu dan utama tentu saja PELAJARAN UTAMA DI SEKOLAH DAN PERSIAPANK UNTUK UN. Yee..enak sih si adik kelasku itu belum ada tanggungan UN, dan waktu aku kelas 8 belum ada atau sekolahku belum tahu kalau ada lomba itu. Selain itu pembinaan juga belum terorganisir dengan baik seperti skrg. Jadi, ya gimana lagi? ini masalah tempo watu, keadaan, dan kesempatan yang tertuang berbeda dan akondisi denganku yg sudah kelas IX ini.
Tapi, yang bikin aku nggak suka adalah tatapan dan bu M kepadaku setelah mengetahui si adik kelas. bu M dgn sdkt menyindir kepadaku kalau si adik kelasku itu JUARA 1 serta mendapat reward yg tiada habisnya. Pokoknya banyak banget untuk seukuran kita dan mungkin ortu kita juga (jealous for third time). Oke, aku sampai menganga dengarnya, rasanya pengen nangis untuk kedua kalinya. Yaah..gimana lagi, lagi-lagi aku memperkuat diriku kalau mungkin ini memmang belum waktunya untukku, dan semua ini adalah kehendak-Nya, garis takdirnya yang tidak mungkin dielak. Aku tahu mungkin juga ada kesalahanku juga, tapi hal itu masih bisa tdk dipertimbangkan karena kesalahanku ini juga sdh masuk akal sebagai siswa kls 9.
Aku coba untuk menyemangati diriku sendiri, dan sekarang mulai memompa semangat dan rencana ke depan untuk membalas (dendam) kemenangan adik kelasku lah, si X lah dengan prestasi gemilang di SMA nanti. Pokoknya tunggu saja, bsk aku harus memanfaatkan potensi dan semua peluang yang ada. Pokoknya SMA nanti aku mau kumpulin banyak prestasi dari loka, nasional, internasional (Amiin). Aku harus menggeliat, terbangun, berteriak, dan berlari mengejar semua prestasi dan meraihnya. Pokoknya aku berkomitmen dengan diriku sendiri. Kalau mungkin di SMP ini lebih banyak ke kefokusan ke akademik bsk di SMA aku coba modus 60% untuk cari prestasi dan 40% akademik. Namun, aku juga tetep menyeimbangkan, pokoknya yg terpenting akademik oke, prestasi non akademik membanggakan. Karena ternyata, dari prestasiitu jadi poin plus sendiri bagi yg mau ikut jalur undangan waktu mask PTN. Tentunya aku mau ikt itu, karena akan masuk PTN tanpa tes dan biaya tdk semahal mandiri. Selain itu, dengan prestasi segudang kita akan dilirik oleh foundation-foundatuon pemberi beasiswa LN, selain itu lagi kalau udah punya prestasi rasanya gampang deh ikut komepetisi lagi, terus menang lagi. Apalagi kalau sampai ditawari atau naik grade ikut kompetisi internasional gimana nggak mau dan nggak keren coba??
Makanya ini, aku udh punya strategi untuk esok SMA, PERBANYAK PRESTASI MASA DEPAN CERAH 99% AMIIN.
Nb: tentunya hal itu disertai dengan usaha, doa, pantang menyerah, ikhtihar, dan tawakal ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar