Ini sebenernya lanjutan dari kisah BMWku, dan ini seperti suatu kenyataan yang sulit diterima. ya, memang di kelas 9 nggak ada tawaran nge"job" istilahnya diikutin lomba gitu hehehe. Tapi, di luar dugaan, pada suatu lomba yang diadakan oleh UNY, big boss ngikutin anak kls 9 lomba. pdhl kelas 9 setauku sdh harus agak vaccum gtu dri lomba semacam itu. Tapi, entahlah pandangan dan maksud big boss apa yg sedang terpikir. mungkin karena msh kls 9 awal. Nah, seorang teman yg sdh sejak awal kls 8 vacum dari bmw dan beralih ke tonti, dp dan mulai jadi anak famous. si X sebut saja, dia..dia..diikutin lomba itu sma si Y. Ya Allah betapa shocknya, bisa-bisanya dia (si X) diikutikan lomba pdhl OSK aja nggak ikut, udh lama nggak ikut pembinaan pula. alu aku khusnudzon, mungkin karena dia jarang diikutkan gantian big boss ngasih "job" ke dia. Yap, dan nggak kusangkan dia bbisa jadi JUARA 3 dalam lomba tersebut. Pingsan aku. dia, JUARA 3, JUARA3, JUARA 3, YA ALLAH, KOK BISA?? DIA YANG UDAH LAMA VACUM BMW DAN NGGAK IKUT OSK SERTA PEMBINAAN BISA JUARA 3? SEDANGKAN AKU? AKU YG IKUT OSK, RAJIN IKUT PEMBINAAN BELUM PERNAH MEMBERIKAN PIALA UNTUK BMW :( YA ALLAH BETAPA MALU, MENYESAL, DAN KECEWA DIRIKU.
Memang sih, beberapa temanku juga agak heran kok aku nggak diikutin lomba sedangkan dia ikut. teman-temanku juga heran, bahkan guruku juga ada yg heran aku kan sering diikutin lomba kok jdi absen ikut lomba. Tapi, ya mau gimana lagi itu keputusan big boss masa kau mau ngotot minta lomba. Aku cuma bisa terima kenyataan pahit, yg hasilnya bener-bener serasa minum obat yg nggak tertelan beberapa waktu, aku nangis 2 kali. sejak pertama kali denger kabar itu dan saat di X dpt terima piala wkt upacara. ya Allah nyesek nggak sih jadi aku? ya Allah kenapa aku tidak diksh keberuntungan seperti dia? kenapa malah dia? kenapa malah dia yg dapat juara pdhl jarang ikut pembinaan dan nggak ikut OSK? Ya Allah kenapa yg Engkau takdirkan menang itu dia, dia yang menurutku anggota BMW yg udh mengkhianati karena beralih ke tonti dan pramuka saat kelas 8. Kenapa enggak Engkau berikan takdir menang itu ke aku? atau siapa saja yang sudah lebih bersungguh-sungguh menggeluti BMW? Ya Allah dosa apakah diriku? aku bener2 feel down banget. Sampai aku nangis dan ngisi di buku coret2. Aku merasa bener-bener malu sama diriku sendiri, aku merasa aku itu nggak bermutu jadi anggota BMW. Aku merasa nggak ada gunaya ikut BMW dgn tekun dan rajin, kalau ternyata aku belum bisa dpt juara seperti di X yg udah berkhianat, udah berpaling, dan nggak ikut OSK. Tapi kenapa dia bisa? kenapa dia juara? kenapa dan kenapa. Ok, aku nggak pernah ngeremehin dia, dia itu memang cerdas dan pintar dan nilai-nilai utk tes-tes akhir BMW IPA (biology) memang yang paling bagus. Cuma aku merasa usahaku untuk tetap fokus BMW dan mengejar OSK kmrn di kelas 8 itu seperti sia-sia karena dia dan kemenangannya. Kalau gitu, aku nggak berhasil ngalahin dia dalam segi kepahaman materi, karena ternyata di malah bisa menang.
Di mata teman-temanku aku juga dipandang, aku sedikit rendah, karena dia. Karena teman-temanku juga beranggapan kenapa si X bisa sedangkan aku yg dipandang lebih rajin dari si X belum bisa. Ku akui dia itu memang cerdas. Tapi, dilihat dari pengamatanku dia tidak terlalu alim, dia jarang kulihat sholat dhuha (wkt dulu). Dan kenapa Dzat Yang Maha Pemurah tetap memberinya keberuntungan dan takdir yang baik kepada dia. Atau mungkin kecerdasannya itu memang sangat amazing sehingga tetap saja dia bisa mengikuti soal, tanpa acuh dengan apa yang diberikanTuhan. Ya Allah, aku mulai merasa tidak enak hati dengan aku dan Tuhanku. Tapi aku tidak boleh mengeka takdir, semua itu sudah keputusan bulat Allah kepada hambanya, dan aku harus mulau memahami, segala yg diberikan Allah itu pasti ada maksudnya, tidak ada kebetulan di mata Allah dan semua takdir yang digariskan Allah kepada hamba-hambanya itu sudah direncanakan. aku harus memasukkan pola pikirku itu ke dalam otakku (meskipun saat itu terasa terpaksa) Tapi bagimana lagi. Ini juga bukan salahku, tapi ini memang kehendak Allah, kehendak Allah, big boss BMW tdk memberikan job itu kepada saya. Dan kehendak Allah si X yg mendapat job itu, kehendak Allah pula si X bisa menjadi juara. Mungkin dengan peluang 0.6 aku juga bisa dapat juara jika dapat tiket utk nge-job dia ajang itu. Karena dilihat dari soalnya, memang cukup mudah dan tidak terkesan bermodel soal olimpiade. Dan aku mampun mengerjakannya. Tapi, mau dikata bagaimana lagi, itu sudah kehendak Allah, kehendak yang tidak mungkin ditolahk atau dipindahkan ke orang lain. Yaaah....bisa dibilang mungkin ajang itu, kemenangan itu belum jodohnya buatku. Tapi, aku optimis aku berdoa dan memohon kepada-Mu. Gantilah mungkin kegagalan atau ketidak beruntungan itu dengan kesuksesan lain yang jauh lebih membanggakan, jauh lebih berarti, jauh lebih baik dari kemenangan si X itu. Ya Rabb, izinkanlah daku memohon, daku meminta, karena hambamu ini memang hanya jadi peminta di mata-Mu. Jika Engkau gariskan takdir baik itu kepadanya berikanlah aku yang lebih baik darinya, aku berjani pada diriku sendiri, akan lebih berusaha keras dan semoga usaha kerasku itu bisa membuahkan hasil yang lebih menggembirakan darinya. Aku ingin jika engkau belum menakdirkanku menang dalam lomba(ajang itu) aku inta kelak nanti NEM UN, RAPOR, DAN PRESTASI KE DEPAN akan menjadi lebih-lebih baik darinya. Ya Allah yang Maha Pemberi, tiada lain aku memohon hanya kepadamu, karena hanya Engkaulah yang bisa membuat semua itu terjadi dengan kehendakmumu dan dengan mantra dahsyatmu "kun fa yakun" seolah hanya engkaulah yang bisa mewujudkan keinginan hamba-hambanya yg sudah telah dia usahakan dan dia mohon dengan amat bersungguh-sungguh.
Aku nggak boleh iri sama orang lain. Tapi kenapa mereka yang membuatku iri. Mereka itu sungguh hebat, pintar cerdas. Mereka itu layaknya sempurna di segala bidang. Kenapa mereka sebegitu bagusnya?
Ya Allah sadarkanah aku, seharusnya karena mereka yang terlihat sempurna itu membuat aku terpacu untuk jadi seperti dan lebih dari mereka. Tetapi kenepa keterpacuanku membuat aku tidak bersyukur.
Ya Allah, apa mungkin karena mereka sedang beruntung sedangkan aku belum. Ya Allah kalau memang begitu saat UN esok, dan perjalanan pendidikanku selanjutnya berilah aku kecerdasan dan keberuntungan yang lebih dari mereka. Amiin
(lupa tanggal berapa ._.)
Nb: ini pake kata ganti mereka meskipun hnya 1 yg kukisahkan karena sebenarnya ada beebrapa tetapi yang bikin aku jealous itu yg si X ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar