Assalamualaikum bloggers..heheh jadi sebenarnya tulisan ini udah cukup lama sih refleksi Early yang habis UN dan lagi menentukan prodi pilihan ke jenjang perkuliahan. tapi, waktu itu, Early mau kirim nih artikel ke suatu majalah daerah..nah, karena sampai saat ini belum ada kabar keberadaannya. Jadi, Early memutuskan untuk share di sini aja heheh..mumpung ingat dan mumpung masih liburan juga heheh. Oke deh kalau gitu, Selamat Membaca :)
Tidak
terasa tiga tahun di SMA rasanya sangat cepat berlalu. Tiba-tiba saja, waktu
sudah mengajak diri kita untuk mempersiapkan UN, Ujian Sekolah, hingga
memikirkan kemana tujuan kita kelak selepas meninggalkan bangku putih-abu ini.
Ya, sebagai calon lulusan intelektual muda, kita perlu mempersiapkan dengan
matang bekal untuk menuju tujuan selanjutnya, entah itu di PTN (Perguruan
Tinggi Negeri), PTS (Perguruan Tinggi Swasta), PTK (Perguruan Tinggi
Kedinasan), Akademi, maupun untuk langsung turun ke dunia kerja. Persiapan yang
matang dengan memikirkan langkah-langkah selanjutnya dalam menapaki jenjang
pendidikan baru tersebut sangat perlu dilakukan. Hal ini tentu saja, berkaitan
dengan orientasi masa depan diri kita, lebih luasnya lagi adalah masa depan
bangsa, mengingat di pundak kitalah kehidupan bangsa kelak akan kita teruskan.
Dalam memilih jurusan maupun
prodi (program pendidikan) yang ditawarkan di berbagai PTN, PTS, PTK, dan
akademi, kita sering dibuat bingung. Bingung mana yang cocok dengan diri kita,
bingung materi apa yang aka dipelajari di prodi tersebut, bingung prospek prodi
ke depannya akan bagaimana, yah pokoknya many
consideration for making decision.
Beberapa hal yang menjadi pokok pertimbangan dalam menentukan jurusan
dapat kita baca pada uraian berikut.
Satu
hal yaang pertama dan utama adalah menentukan minat kita. Yap, kita harus tahu
minat kita, kecenderungan bidang apa yang kita sukai. Melihat apa minat kita
dapat dilakukan secara sederhana melalui pengamatan diri sendiri, seperti
mengamati apa pelajaran-pelajaran yang kita sukai, pelajaran apa yang kita
mudah paham mencernanya? Materi apa yang mudah kita pahami? Apa pelajaran atau
bidang yang membuat kita terkesan, sehingga kita tak habis pikir untuk
mendalaminya? Itu adalah sederet pertanyaan yang dapat kita uji pada diri kita
sendiri untuk mengetahui apa sebenarnya minat kita.
Cara
lainnya bisa kita tanyakan pada orang tua kita, teman-teman, maupun bapak-ibu
guru apa kecenderungan yang ada pada diri kita. Namun, penilaian dari orang
lain tidak akan menjamin, hal tersebut tentu benar. Segalanya ada di tangan
kita, kita berhak menentukan apakah penilaian orang lain itu memang tepat
dengan minat dalam hati kita atau tidak. Jangan terbiasa terpengaruh dengan
perkataan dan penilaian minat kita dari orang lain. Penilaian dari orang lain
hanyalah berdasarkan pengamatan mereka dari luar. Mereka belum tahu hati nurani
kita yang memang memiliki minat seperti yang mereka lontarkan atau tidak. Jadi,
stay be yourself.
Berkaitan dengan poin, jangan mudah terpengaruh
dengan orang lain, sangat penting untuk
dijadikan perhatian. Mudah terpengaruh dengan orang lain menunjukkan diri kita
yang masih dependence (ketergantungan).
Ingat, kita adalah calon lulusan sekolah menengah atas yang sudah bisa berpikir
rasional dan mandiri. Buanglah pelan-pelan ketergantungan kita dengan orang
lain. Jika masih saja bermental dependence,
maka itu merupakan benih-benih kemunduran bangsa ini. Melihat generasinya masih
saja ada yang ketergantungan-bagaimana ia bisa mandiri mengatur bangsanya kelak-jangan
sampai bangsanya hanya akan bergantung pula dengan bangsa lain. Himbauan jangan
mudah terpengaruh berlaku untuk berbagai hal. Mulai jangan terlalu terpengaruh
pilihan sahabat. Sahabat kita mengingikan kita selalu bersamanya, meskipun
antara kita dan dia berlainan minat. Maka, jangan paksakan minat kita tergadai
oleh keinginan tersebut. Berilah penjelasan kepada sahabat kita dengan pelan
dan hati-hati. Katakanlah bahwa pilihan yang berbeda tidak pasti akan merusak
tali persahabatan. Lihat di masa sekarang, betapa menjalin komunikasi itu
mudah. Maka, jangan khawatir perpisahan hanya karena perbedaan minat ini akan
meninggalkan luka mendalam. Justru kita bisa menambah teman baru dan semakin
mengakrabkan tali silaturahmi. Bukankah menambah banyak teman dan sahabat itu
juga menyenangkan? Jangan mau minat dan pilihan demi masa depan kita tergadai
hanya untuk urusan sepele yang pemecahannya saja sederhana untuk bisa
terlaksana.
Selain
kasus ini, imbauan jangan terpengaruh juga berlaku pada hal gaji, pangkat, dan
jabatan yang dapat digapai dari suatu prodi tertentu. Jika prodi itu jelas
bukan minat dan kemampuan kita, lebih baik ditinggalkan. Carilah bidang lain
yang sesuai dengan minat dan keterampilan kita, namun juga tidak kalah
memberikan peluang baik untuk peningkatan kualitas diri kita. Penulis
beranggapan bahwa orientasi yang kita kejar selepas kuliah nanti tidak hanya bekerja agar mendapat gaji tinggi. Tetapi,
berkarya dan berkontribusi kepada masyarakat luas (bangsa dan agama) dengan
segenap ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Paradigma inilah yang perlu
diperbarui. Dengan memiliki paradigma baru ini, maka tujuan akhir kita bukan hanya
material tetapi juga spiritual. Bukankan setiap manusia memiliki fitrah untuk
saling bantu-membantu. Kita memiliki keterampilan, kemampuan, dan kecerdasan
tidak lain untuk meningkatkan taraf kehidupan kita dan sesama hidup di sekitar
kita. Bermula dari pandangan ini, orientasi kita tidak hanya uang dan uang.
Sehingga di masa bekerja nantinya, kita akan lebih terhindar dari pengaruh KKN.
Semua itu karena kita, telah memiliki pondasi teguh pada orientasi kita yang
tidak hanya mencari material saja.
Lantas,
bukankah kita bekerja untuk mendapat penghasilan? Untuk mandiri dan membantu
kehidupuan keluarga? Bagaimana itu dapat terwujud juga? Jawaban dari pertanyaan
itu masih berhubungan dengan pemilihan minat kita terhadap prospek dan
kemampuan kita untuk fokus dan menjadi expert
di bidang itu. Jika kita memilih prodi atau jurusan yang sesuai dengan
minat kita, niscaya kita akan lebih mudah menggeluti bidang itu. Kita lebih
mudah menguasainya, kita lebih expert mendalami bidang itu.
Selanjutnya, kitapun akan lebih banyak menorehkan prestasi di bidang tersebut.
Prestasi yang dimaksud bisa diraih ketika masih di bangku kuliah, maupun
prestasi lain dalam dunia kerja nantinya. Nah, prestasi itulah yang dapat
mengantarkan kita menuju kemandirian baik kemandirian ekonomi maupun
kemandirian diri. Mandiri secara ekonomi tentu berkaitan dengan hal finansial,
dimana kita tidak perlu membanding-bandingkan lagi prospek prodi itu di mata
pencari kerja.
Hal ini sudah dibuktikan
dengan minat serta ketekunan kita dalam prodi itu sehingga mengantarkan kita
pada keleluasaan dalam memperoleh penghasilan. Berbeda dengan kasus dimana kita
hanya ikut-ikutan memilih prodi yang sebenarnya kita tidak yakin bisa
menguasainya. Alhasil kita akan tertatih-tatih dalam menekuni bidang itu. Kita
kesulitan untuk menjadi expert,
pengetahuan yang kita miliki hanya setengah-setengah. Lantas, ibarat selokan
yang tersumbat, maka kita pun akan kesulitan mengekspresikan apa yang kita
terima di bangku kuliah. Dalam hal ini adalah bekerja dan berkontribusi untuk masyarakat luas. Sudah jelas bahwa
suatu prodi yang dianggap bonafide
bagi kalangan luas belum tentu cocok dan
sesuai dengan minat kita. Kiranya pikirkan dahulu dengan matang apakah jurusan
yang bonafide itu benar-benar cocok
dengan minat dan kemampuan kita? Atau hanya sekadar ikut kata orang saja? Jika
jurusan itu tidaklah begitu cocok dengan minat kita, carilah jurusan lain yang
lebih baik dan sesuai dengan selera. Jangan sampai tergiur dengan label favorite, tetapi kita tidak mampu
bersaing di dalamnya. Hal ini jelas sangat merugikan diri sendiri. Sekali lagi,
pilih sesuai minat dan kemampuan, yakinlah kita bisa jadi yang terbaik di
dalamnya, menjadi seorang yang expert di
bidang itu, lantas bisa berkontribusi lebih banyak untuk khalayak Kembali pada pembicaraan berkaiatan
kemandirian diri memang sangat kompleks. Kemandirian diri yang kita peroleh
jika berhasil memilih prodi atau jurusan yang kita minati dan dapat ditekuni
lebih dalam, adalah menambah hubungan, kolega, dan pengetahuan. Ketiganya
bersinergi untuk meningkatkan kontribusi kita dalam memajukan bangsa. Setelah kepuasan
secara ekonomi dan batiniah kita rasakan, maka hati kita akan semakin tergerak
untuk mengerahkan lagi segala daya dan pikiran dalam berkiprah kepada tanah
air. Sudah menjadi tanggung jawab dan tugas bagi para intelektual muda untuk
ikut berperan aktif mendobrak kemajuan bangsa. Bukan zamannya lagi, lulus
kuliah hanya memikirkan diri sendiri kedepannya, ya meskipun kita kuliah dengan
biaya sendiri, namun sudah saatnya pengetahuan kita dicurahkan lebih banyak
untuk meningkatkan kemandirian bangsa ini. Lihatlah para tokoh bangasa di masa
lalu, Bung Karno, Bung Hatta, BJ. Habibie dan sederet tokoh lainnya, mereka
menjadi cendekiawan sukses bukan semata-mata ingin memperkaya diri saja. Mereka
belajar giat di bangku perkuliahan tidak lain ingin segera membantu melepas
keterbelakangan bangsa Indonesia di masa lalu itu. Dengan demikian, sudah
saatnya generasi muda masa kin menjiwai kembali semangat belajar mereka.
Semangat belajar yang juga dilandasi rasa nasionalisme. Kita menjadi pintar
bukan untuk diri sendiri, kita menjadi ahli di bidang tertentu bukan untuk
kehormatan diri sendiri melainkan untuk berkiprah memajukan bangsa kita
tercinta.
Jadi, dalam memilih jurusan atau prodi:
1.
Pikirkan kembali minatmu
2.Pilih
jurusan yang sesuai dengan minatmu. Jangan mudah terpengaruh dengan orang lain
3.
Yakini kamu dapat menjadi pribadi unggul dalam jurusan yang kamu pilih
4.
Bangun paradigma untuk turut berkontribusi dengan pengetahuan-pengetahuan
mendalam yang kamu miliki
Diharapkan
para intelektual muda, menjadi ahli dalam bidangnya masing-masing. Pemilihan
prodi maupun jurusan sangat berpengaruh sekali pada kualitas sumber daya-sumber
daya Indonesia kelak. Jangan mau hanya menjadi pribadi yang biasa-biasa saja,
kita harus luar biasa mengembangkan seluruh pikiran dan kemampuan kita untuk
turut serta membangun bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar