Air mineral
dalam kemasan sedang merajai pasar konsumen. Kita dapat melihat dari beragamnya
merk yang tertempel pada botol-botol plastik tersebut. Air mineral yang
notabene diambil dari sumber air pegunungan sudah jadi gaya hidup manusia masa
kini. Mereka memilih praktis untuk membeli air mineral yang mudah dijumpai di segala tempat. Manusia
masa kini menganggap air mineral lebih mudah dan praktis didapatkan dibanding
dengan air kran.
Padahal kita
tahu, air adalah kebutuhan utama manusia. Air dari segi ekonomi termasuk benda
atau barang bebas. Benda bebas adalah benda yang tidak terbatas jumlahnya dan
dapat diambil berapapun yang kita mau selagi barang itu masih tersedia tanpa
adanya suatu pengorbanan tertentu untuk mendapatkannya. Air sebagai kebutuhan utama,
oleh Tuhan dan Negara sudah dinyatakan sebagai hak manusia. Hal ini dibuktikan
dengan banyak dan mudahnya akses untuk mendapatkan air, terutama di Indonesia
yang memiliki hujan sepanjang tahun. Sehingga, secara tidak langsung sebenarnya
air adalah benda yang setiap orang berhak miliki tanpa harus melakukan
pengorbanan. Oleh karena itu, sudah
selayaknya kita bisa gratis dalam menikmati air.
Jika kita
membeli air mineral dengan harga tertentu, itu sama saja kita telah menghalangi
diri kita untuk menerima hak. Kita justru mendapat kewajiban untuk membayar air
yang kita beli. Padahal air sendiri, adalah kepunyaan kita. Mengapa kita perlu
membeli benda yang kita miliki? Apakah itu justru melakukan hal yang tak
berguna? karena kita mengeluarkan suatu biaya untuk membeli kepunyaan kita.
Bukankah itu sudah melenceng dari asas ekonomi? Bukankah itu sama saja
membodohi diri sendiri? Ya, kita tak menyadari bahwa sebenarnya kebiasaan kita
dalam membeli air mineral dalam kemasan adalah perbuatan paling merugikan.
Permasalahannya
sekarang adalah, mengapa hal itu bisa terjadi pada diri kita? Mengapa kita
terlalu percaya dengan air mineral? Itu sudah menjadi hal klasik pada sebuah
perusahaan. Perusahaan menganggapnya sebagai company demand. Merekalah otak besar perubahan mindset berpikir manusia kebanyakan sekarang. Mereka bersikap keras
mengeklaim bahwa air kran itu tidak bersih, air yang paling terjamin adalah air
mineral dalam kemasan. Padahal kita sudah mengerti, air kran dapat lebih
disterilkan dengan direbus. Usaha kecil perebusan sebenarnya telah mampu
membunuh ribuan bakteri. Usaha tersebut juga mudah dan murah. Jika kita
kalkulasikan biaya untuk merebus air kran menjadi air siap minum dengan biaya
untuk membeli air minum dalam kemasan, maka dengan merebus sendiri air kran
kita sudah banyak memberi keuntungan berkali lipat.
Sedangkan
usaha para perusahaan air mineral dalam menjernihkan airnya adalah usaha
aerasi dan filtrasi yang tak terlalu jelasnya prosesnya. Aerasi adalah usaha
memencarkan oksisen dalam air sehingga kandungan besi dan mangan dapat
mengendap. Tetapi, cara ini belum sepenuhnya menjamin air mineral akan bersih. Penyebabnya
adalah reaksi ini justru melibatkan zat-zat kimia yang kemungkinan juga berdampak
pada kualiatas air mineral tersebut. Sedangkan,
dari segi iklan, perusahaan air mineral tersebut mengatakan bahwa air
mereka bersumber dari mata air pegunungan. Tetapi, kita belum mendapat jaminan
bahwa ucapan mereka benar, atau justru mereka hanya mengibaratkan kran sebagai
mata air gunung. Para perusahaan air mineral telah lihai menakuti dan menjebak
diri kita pada setiap pernyataan dan pengakuan mereka.
Oleh karena
itu, sebagai manusia bijak, kita selayaknya berpikir lebih mendalam lagi. Mengapa
kita perlu berkorban pada sesuatu yang sudah kita terima dari Tuhan. Bukankah
sebaiknya kita bersyukur atas karunia itu dengan menikmatinya. Kita harus dapat
membedakan mana suatu kebutuhan membeli dengan mana hak untuk menerima. Jika
kita dapat menyikapinya dengan bijak, ketahuilah ada banyak benda di dunia yang
sesungguhnya sudah menjadi hak dan kepunyaaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar