CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 05 Juli 2014

SELEKSI AFS-YES TAHAP 3 CHAPTER YOGYAKARTA TAHUN 2014 Part-2

     Sedikit menyesal, itulah yang sama-sama kami rasakan. Rasanya ada yang kurang dalam diskusi kami tadi, yakni kesimpulan. Tapi, kami berharap juri sudah dapat mengetahui maksud dan arah diskusi kami. Lebih-lebih kami berharap, juri mampu mengetahui jalan pikirian dan pandangan kami ke depan. Untuk melupakan penyesalan kecil kami ketika diskusi, kami diajak kakak-kakak panitia untuk sharing di kantin Fakultas Psikologi. Saat itu kami ditemani Kak Mila dan Kak Dito. Mereka adalah kakak-kakak volunteering AFS/YES. Kak Mila adalah returnee YES tahun 2012 sedangkan Kak Dito kandidat Nasional YES tahun 2013. Berdasarkan cerita mereka ketika seleksi maupun ketika di negara tujuan, saya merasa bahwa untuk program seleksi AFS memliki peluang yang lebih kecil dari YES. Hal ini disebabkan program AFS diperuntukkan kepada banyak Negara. Sedangkan YES  khusus negara yang penduduknya mayoritas muslim. Selain itu dari kepengurusan AFS kurang diurus lebih rapi dibanding YES. Kemudian, karena AFS merupakan beasiswa parsial, maka jumlah yang diberikan disesuiakan dengan pendapatan per kapita tiap negara. Bagi negara yang pendapatan per kapita sedikit, otomatis beasiswa yang dikeluarkan untuk tiap orang lebih banyak dan itu berarti jumlah kuota yang mendapatkan beasiswa hanya sedikit, karena tiap kuota sudah dibiayai banyak.
     Sembari mengobrol, akhirnya tim lain berdatangan. Ketika tim lain berdatangan suasana semakin ramai. Kamipun menjadi semakin akrab, kami sudah merasa layakanya teman sekelas sendiri. Meski kami berasal dari berbagai sekolah dan daerah. Saya bertemu dengan sosok kritis yang sangat percaya diri, Ghazi adalah panggilannya. Ghazi berasal dari SMA Negeri 8 Yogyakarta. Perkenalan kami dimulai dari ceritanya tentang suasana diskusi timnya kemudian berlanjut dengan bermain bersama “permainan tangan”. Menurutku, Ghazi adalah sosok yang “easy going”  dia mudah berbaur dan berteman dengan siapa saja. Ketika mengobrol dengan saya, dia langsung “nyambung “ dengan ucapan saya dan cepat merasa akrab. Ghazi juga menjadi anggota baru tim 1 untuk seleksi sesi berikutnya.
     Ya, akhirnya sesi kedua yang menjadi sesi terakhir seleksi tahap 3 segera dimulai. Semua peserta penasaran dengan macam tes yang akan diberikan. Meski demikian, kami tetap berusaha menjaga spirit  dan mental di tengah-tengah hawa panas yang menyelubungi suasana saat itu. Bahkan, buruknya cuaca dan sibuknya pikiran kami dengan mempersiapkan UKK (Ujian Kenaikan Kelas) juga membuat ada beberapa peserta merasa kurang fit  sehingga diperlukan penangan khusus. Mereka diberi kesempatan dahulu untuk mengikuti sesi 2.  Ruang pelaksanaan sesi 2 sama dengan ruang untuk diskusi kelompok, sesi sebelumnya.
     Saya, Innaz, Ken, Nica, Haryo, dan ADB masih satu tim ditambah dengan Ghazi, Titis,  dan Sarah. Kami menuju gedung yang sudah ditunjukkan setelah teman-teman yang sakit selesai melaksanakan sesi 2. Perasaan kami saat itu dibawa enjoy  saja. Jadi, kami sama-sama tidak merasa beban, pokoknya pikiran kami dibawa santai selayaknya orang yang telah yakin dan siap menghadapi UN. Suara gaduh dan riuh -tepuk tangan menyambut langkah-langkah kami memasuki ruangan. Meski ruangannya sama dengan yang tadi, tetapi saya merasa ada suasana beda di sesi ini. Semua menyambut kami dengan suka cita layaknya kami yang menjadi superstar saat itu.

     Kami sedikit terheran dengan sikap para dewan juri dan para audiens. Tak lama kemudian, seorang kakak menyambut kami dengan berbahasa Jepang. Total, saya sama sekali belum paham, saya hanya bisa menikmati logat Jepangnya yang sangat fasih. Senyum kami terkembang dan semakin terkembang lagi, ketika kakak panitia yang lain memberikan translate ucapan pengatar yang berbahasa Jepang tadi. Kami cukup excited  dengan maksud panitia yang mengibaratkan kami layaknya duta besar Indonesia yang baru tiba di bandara Internasional di Jepang. Kami saat itu memang diposisikan menjadi duta besar yang siap untuk diwawancari oleh berbagai wartawan dari belahan dunia terkait kasus-kasus yang sedang terjadi di Indonesia.
    Konferensi pers tersebut dibuka dengan pertanyaan dari juri yang mengaku sebagai wartawan Washington Post. Juri lelaki tersebut melontari kami pertanyaan terkait kasus perusakan tempat ibadah di salah satu wilayah di DIY. Saya mengaku belum mendengar berita tersebut dengan jelas. Saat itu masing-masing dari kami dimintai pendapatnya dan bagaimana seharusnya. Setiap salah seorang diantara kami berbicara maka pertanyaan dari dewan juri lain semakin bertubi-tubi dilontarkan. Mereka seakan tak puas dengan jawaban kami.
     Suasana semakin memanas, dewan juri menanyai kami dengan mimik muka tak meyakinkan. Hal tersebut membuat kami sedikit down. Bahkan Nica sempat dimarahi salah seorang dewan juri lantaran tidak serius dalam menjawab pertanyaan. Saya ikut serta memberikan pendapat, meskipun pendapat saya semakin dicerca dengan berbagai pertanyaan. Kemudian, karena jawaban tak kunjung pasti ,oleh moderator, kami langsung disambut topik kedua. Topik kedua berkaiatan tentang UN. Saya ingin berpendapat panjang, namun agaknya saya merasa suasana telah didominasi oleh Haryo dan Ghazi. Duo lelaki yang ada di tim kami memang memiliki suara keras dan lantang sehingga mudah sekali untuk mengambil kesempatan berbicara.
    Saya  sedikit bingung dengan arah pembicaraan yang semakin dibuat sempit oleh waktu. Dewan juri seakan tidak mau membuang waktu banyak untuk mendengar pendapat kami. Mereka sangat berbuat sinis sekali saat itu kepada kami. Namun, meski demikian saya tetap berusaha kontrol emosi dan mental. Saya tetap usahakan untuk berpendapat dengan baik dan sopan. Bahkan karena pembicaraan didominasi oleh Haryo dan Ghazi saya sempat mengangkat tangan hingga lama, kemudian akhirnya saya dipersilakan berbicara dahulu. Berkebalikan dengan saya, Haryo, dan Ghazi yang terlihat semnagat dan ingin sekali berpendapat, ada beberapa teman yang diam sama sekali tak bersua. Saya tak paham maksud mereka, apakah mereka ambil aman untuk tidak dicerca atau mereka tidak maksud dengan topik bahasan. Mereka sampai disindir oleh beberapa juri dan akhirnya dipaksa untuk berbicara.

     Topik ketiga tak sangka langsung dibuka moderator tentang Menteri Agama Indonesia yang terlibat kasus korupsi. Menurut saya itu adalah topik yang sedang highlight belakangan ini. Saya bersyukur bisa berpendapat dengan baik dan tidak diikuti hamparan pertanyaan lagi. Saya berharap pendapat terakhir yang sekaligus menjadi penutup” konferensi pers “ untuk sesi 2 seleksi tahap 3 AFS-YES bisa menjadi penilaian baik bagi dewan juri. Akhirnya kami telah selesai melewati sesi kedua yang sangat unexceptional  bagi kami. Dewan juri berbalik muka dan menjadi hangat ketika menutup acara sesi ini. Mereka rupanya sedang berakting ketika kami dihantam berbagai pertanyaan tadi.  Semua peserta tim 1 keluar dari ruangan dengan berbagai macam mimik. Masing-masing diantara mereka ada yang merasa meyesal kurang bisa berpendapat, ada yang puas, ada yang sebal dengan pertanyaan juri dan ada yang hanya bisa pasrah. Namun yang pasti, semua peserta memiliki harapan yang sama agar bisa lolos dan maju menjadi kandidat nasional, menatap kegiatan AFS-YES selanjutnya hingga bertualangan ke negeri tujuan. 

7 komentar:

  1. Kak beasiswa untuk yg AFS kan bukan beasiswa penuh, nah beasiswanya itu ngekafer apa aja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. biaya hidup selama di sana saja, untuk visa dan tiket perjalanan biaya sendiri.kalau terpaksa benar2 tidak mampu, dari yba mungkin bisa mencarikan donatur.
      Maaf sangat terlambat menjawabnya

      Hapus
  2. Kak untuk tempat tes tahap 1 sampai 3 itu tiap daerah beda beda atau seluruh indonesia sama

    BalasHapus
  3. Halo salam kenal. Saya Nela, kebetulan lagi nulis naskah komik tentang pertukaran pelajar ke luar negeri. Saya baca tulisannya berhenti di sini ya? Jadinya Mbak lolos nggak ya? Saya ingin sharing pengalaman ini kalau boleh untuk kebutuhan referensi. Atau bisa email ke nelafayza388@gmail.com Terima kasih

    BalasHapus
  4. Wah,maaf baru buka blog lagi ini..ok bisa emailan aja ya kita hehe

    BalasHapus
  5. Oh ya jangan lupa follow blog kakak ya Terimakasih :)

    BalasHapus