CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 04 Juli 2014

SELEKSI AFS-YES TAHAP 3 CHAPTER YOGYAKARTA TAHUN 2014 Part-1

    Melihat nomor saya terpampang diantara 34 nomor lain pada pengumuman kelulusan seleksi Tahap 2 membuat hati saya seakan berguncang, merasa terkejut, namun bahagia dan optimis terkembang. Saya sangat bersyukur bisa diberi kesempatan untuk berlanjut mengikuti rangkaian seleksi AFS-YES.  Bagi saya seleksi tahap 3 ini merupakan gerbang akhir menuju penentuan keberangkatan saya ke luar negeri. Seleksi ini benar-benar harus dipersiapkan dengan baik, agar pada babak penentu ini kita dapat menampilkan secara total seluruh kemampuan dan keterampilan kita yang akan menjadi pertimbangan  untuk diberangkatkan ke luar negeri.
      Hari-hari sebelum seleksi saya sempatkan untuk melacak informasi mengenai pelaksanaan seleksi tahap 3. Pasalnya, panitia tidak memberikan informasi jelas mengenai macam seleksi dan tata cara pelaksanaan. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari kakak kelas yang pernah mengikuti seleksi tahap 3 AFS-YES tahun sebelumnya, menyebutkan bahwa pada seleksi ini akan ada 2 macam sesi. Sesi pertama adalah diskusi kelompok dan sesi kedua adalah kerja kelompok semacam membuat seni kriya. Namun, kakak kelas saya menuturkan bahwa setiap tahun jenis seleksi akan berbeda. Namun, tetap ada diskusi kelompok. Tak puas dengan penjelasan tersebut, saya mencari informasi dari chapter (cabang) lain. Pada tweets chapter Bandung mengumumkan bahwa pada seleksi tahap 3 yang dilaksanakan di Bandung akan ada tes bakat. Melihat informasi tersebut, saya tak habis pikir dan langsung belajar menari bersama guru seni budaya saya.
    Kemudian, 3 hari sebelum pelaksanaan tes tahap 3 barulah panitia memberi kabar tentang pelaksanaan tes, bahwa ternyata tidak ada tes bakat. Namun, panitia tidak membeberkan jenis-jenis tes yang akan dikeluarkan selain diskusi kelompok tersebut. Menurut saya, hal ini seperti kesengajaan untuk menutupi, agar diri kita siap menerima tatangan apa saja yang akan diberikan nantinya. Berbeda dengan seleksi tahap 1 dan 2 yang dilaksanakan di saat para siswa kelas 10 tidak dalam masa sibuk, maka seleksi tahap 3 diselenggarakan ketika siswa kelas 10 sedang mengikuti Ujian Kenaikan Kelas. Saya tak tahu apakah ini sengaja atau bukan, yang jelas hal tersebut juga merupakan suatu bentuk pengajaran tentang kesiapan kita dalam menghadapi dua hal yang sama-sama pentingnya bagi diri kita.
    Akhirnya, hari yang ditunggu tiba, Minggu 8 Juni 2014 kami, ketigapuluh lima peserta seleksi tahap 3 sudah bersiap di gedung Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Saat itu, para peserta cukup menunggu lama hingga acara dibuka, kurang lebih 20 menit lebih lambat dari jawal yang diumumkan. Meski demikian, para peserta tetap merasa enjoy dan memanfaatkan waktu tersebut untuk saling berkawan, bergaul, dan mengembangkan komunikasi satu sama lain. Kekeluargaan secara tak sengaja mulai terbentuk, dan hal tersebut terus berkembang memasuki jam-jam berikutnya.

      Pembukaan dilakukan dengan presensi, kemudian langsung dibentuk 5 tim yang masing-masing terdiiri dari 7 orang. Saya tergabung dalam tim 1 yang beranggotakan Innaz, Haryo, Ken, Nica, Ivona, ADB (Anisa Diah Baswedan) dan saya sendiri tentunya. Setelah pembagian tim, lantas kami diperintahkan untuk membuat yel-yel dalam waktu cukup singkat yakni sekitar 10 menit. Sembari membuat yel-yel beberapa dari kami secara bergantian diperintahkan untuk berfoto. Pada saat pembuatan yel-yel inilah komunikasi diantara kami saling terbangun secara akrab. Kami langsung tak sungkan saling berbagi ide dan masukan terkait yel-yel.
   Awal ide kami membuat yel-yel dengan backsound lagu satu-satu. Namun, di tengah perjalanan kami  akhirnya memutuskan untuk membuat yel-yel yang dikemas dalam sebuah lagu dangdut dengan goyangan yang sudah disesuaikan. Semua terasa sangat singkat dan kami tak menyangka sudah dapat menghasilkan suatu karya sederhana yang unik. Kami hanya berlatih beberapa menit sebelum akhirnya kami tampil di depan teman-teman yang lain. Perasaan kami memang kurang begitu yakin, namun kami tetap percaya diri dan ahirnya kami berhasil kompak saat presentasi.
    Acara pembuatan yel-yel memang belum menjadi start penilaian, kami masih harus menghadapi kompetisi sesungguhnya saat diskusi kelompok nanti. Selaku tim 1 otomatis kami menjadi tim pertama yang akan menjajal tes diskusi kelompok. Kami diarahkan untuk masuk ke salah satu gedung yang ada di kompleks fakultas psikologi. Di dalam gedung kami perlu menunggu beberapa saat hingga akhirnya kami merasa excited setelah memasuki ruangan yang gegap gempita, menyala terang penuh dengan orang-orang penting yang siap menjadi juri kami. Wow, ini pengalaman menakjubkan, kami berdiri dan berjalan diantara mereka, seakan mereka sangat menunggu kedatangan kami. Kemudian kami diberikan tempat duduk khusus di tengah. Setelah pengarahan oleh panitia, diskusi dimulai. Haryo mengambil amplop berisikan topik diskusi.
    Kami mendapatkan sebuah topik yang sangat prospek dan dinamis yakni tentang pemanfaatan hutan di Indonesia yang belum maksimal serta belum mampu mensejahterakan rakyat Indonesia. Diskusi berjalan, mengalir seperti air. Para dewan juri tidak akan menanyai kami yang sedang asyik mengobrol. Kendali waktu ada pada panitia, namun kami bebas mengutarakan maksud, tujuan, ide selama diskusi. Kalau menurut saya, diskusi harus bersifat menyatu. Artinya meskipun kita memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda, alangkah baiknya jika semuanya dapat disatukan dengan padu. Sehingga dalam pelaksanaanya harus ada rasa toleransi dan saling menghargai setiap pendapat yang disampaikan teman kita. Kita harus bisa menentukan arah suatu pembicaraan benar-benar dalam satu tujuan yang sama.
    Dalam pelaksanaan diskusi kelompok saya, sudah dapat berjalan dengan baik. Semua peserta sudah dapat mengutarakan pendapatnya dengan lancar. Jadi tidak ada yang merasa terpojokkan. Suasana diskusi sudah dibangun secara kondusif namun tidak terlalu kaku. Bahkan terkadang, kami saling melempar  tawa dan senyuman untuk membuat diskusi tidak seperti bersitegang. Tim kami sudah mulai mendapatkan arah tujuan diskusi, sudah mulai membuat kerangka dan kesimpulan apa yang sebenarnya sedang kita buat. Namun, di tengah asyik mengobrol dan membuat kesimpulan, bel berbunyi tanda waktu habis. Kami terkaget dan tak sadar kalau sebenarnya waktu telah selesai. Kami merasa baru sebentar berpendapat dan berdiskusi. Namun ternyata waktu kurang lebih 30 menit yang diberikan sudah habis kami gunakan. Walhasil, satu kekuarangan kelompok kami yakni belum sempat mempresentasikan kesimpulan diskusi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar